Apakah Kita Mencintai Karena Allah?

Mengapa mereka bisa membuat beberapa target dan begitu komitment dengan yang ingin mereka capai sementara saya tidak. Saya pun berdoa, insyaAllah suatu saat saya akan mendapatkan yang terbaik.

Yang terpenting sekarang adalah bagaimana senantiasa meningkatkan kualitas diri. Saya  harus menguatkan diri untuk selalu berada dalam ketaatan.

Kembali saya berusaha melihat realita dari berbagai kisah. Merenungkan bahwa orang-orang ternyata banyak yang hanya terbawa oleh perasaannya semata.

Suatu ketika seorang wanita begitu siap menikah dengan seorang pria, tetapi beberapa tahun atau bahkan dalam hitungan bulan saja, ia sudah akan berupa pikiran. Keinginan-keinginan yang berupa rasionalitas akan membuyarkan keinginan masa lalu untuk menyegerakan pernikahan.

Seorang lelaki yang sebelumnya mungkin sudah merasa cocok dengan yang bersangkutan, menilai ada perubahan. Ia menjadi tidak yakin bahwa perasaan begitu cepat berubah.

Bahkan dalam dirinya sendiri, keinginan tidak lagi semata idealisme, tetapi lebih kepada kebutuhan terhadap sejauh mana pemahamannya tentang agama.

Artinya ada yang meniatkan karena ibadah kepada Allah dan berharap dengan pernikahan akan membuat diri semakin jauh dari kemaksiatan. Ada juga yang sebatas kebutuhan biologis dan psikologis semata.

Kematangan jiwa yang belum terbentuk inilah yang membuat banyak orang tua menyarankan kepada anaknya atau ustadz kepada muridnya untuk senantiasa fokus meningkatkan kualitas diri terlebih dahulu. insyaAllah tidak ada penyesalan padanya.

Justru akan mendapatkan pasangan hidup yang lebih baik, karena bukankan istri atau suami kita adalah cermin diri. Lelaki yang baik akan mendapatkan wanita yang baik, lelaki jelek akan mendapatkan wanita jelek, demikian juga dengan wanita.

Pada diri mereka yang memahami hal ini dan tertanam kuat dalam hati keyakinan akan kekuasaan dan takdir yang sudah digariskan Allah, tentu akan lebih tenang menjalani hidup.

Ia yakin tentang waktu, bahkan siapa yang paling cocok bagi dirinya sudah ditentukan oleh Allah. Pemahaman ini justru akan membuat dirinya semakin bersemangat memperbaiki diri. Hal ini pada dasarnya adalah doa untuk mendapatkan pasangan terbaik.

Adapun godaan setan yang senantiasa menghiasi waktu-waktu yang kita lalui harusnya dipahami sebagai tantangan dan alat mengevaluasi kualitas diri.

Semakin berat godaan yang menghadang berarti kita harus semakin mempersiapkan diri. Dan pertanda bahwa keberadaan kita menjadi penghalang perjuangan setan.

Meskipun demikian, perasaan ini cukup disimpan dalam hati saja karena jika sampai terucap atau bahkan diketahui orang lain justru memunculkan perasaan ujub. Kita merasa bahwa diri yang lemah ini begitu baik.

Padahal kecelakaanlah bagi mereka yang dihatinya meskipun sedikit terbetik kesombongan. Amalan mereka tidaklah berarti. Yang akan mereka dapatkan adalah apa yang menjadi niatnya.

Oleh karena itu, hendaknya diri senantiasa berlindung dan memohon kekuatan kepada Allah. Dengan khusu’ kita bersimpuh. Air mata.

Semoga kita bisa istiqomah menghabiskan waktu seperti malam terakhir untuk senantiasa mengadukan segala masalah kepada pemilik segala kekuasaan.

Mohon agar hati ini disucikan dan hanya terpaut untuk senantiasa mencintai Allah. Rabb penguasa alam yang nanti akan mengaruniakan pasangan terbaik bagi mereka yang senantiasa memperbaiki diri dan menjadikan sepenuh cintanya untuk Allah subhanahu wata’ala.

Malang, 1 Januari 2008

Leave a Response