Kita hidup di zaman yang sering disebut dengan zaman fitnah. Atau dalam istilah politik, masa ini sering disebut dengan istilah post modernisme. Di era ini, terkadang sulit rasanya membedakan mana berita yang benar dan mana berita yang salah. Mana orang yang baik dan mana orang yang berniat jahat dengan kita.
Tidak jarang mereka yang terlihat manis di depan, tetapi mereka ternyata menjadi musuh yang menusuk dari belakang, dan senantiasa menebar kejelekan kita kepada orang lain. Dan hal ini ternyata terjadi pada banyak lapisan masyarakat dan bidang pekerjaan.
Inilah suatu zaman yang kita sangat memerlukan hidayah dan petunjuk dari Allah ta’ala. Tanpa bimbingan dari Allah ta’ala, maka niscaya kita pun bisa ikut tersesat dan masuk ke dalam gelombang fitnah.
Begitu banyak berita yang kita dapatkan terkadang membuat gelisah di hati. Membuat jiwa tidak tenang. Kaget dengan mereka yang ternyata kita angkap saudara tetapi tidak tulus dengan amanah dengan persaudaraan yang di jalin.
Meskipun demikian, seorang muslim hendaknya tidak mudah terbawa dengan emosinya. Ia harus banyak beristighfar kepada Allah ta’ala. Ia harus memperkuat semangat kepada kepada Allah. Dan tentunya ia harus semakin memahami agama ini, sambil terus pelan-pelan membersihkan hatinya dari noda.
Ia betul-betul harus meyakini bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kita untuk berprasangka baik kepada orang lain dan mencegah seseorang dari segala macam bentuk prasangka negatif. Karena sungguh tidak ada yang betul-betul mengetahui apa yang ada dalam dada seorang hamba kecuali Allah ta’ala.
Allah ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah dari kebanyakan prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa. Janganlah saling mencari kejelekan orang lain, dan janganlah saling mengguncing antara satu dengan lainnya. Apakah kalian suka memakan daging saudaranya yang sudah mati, tentu kamu akan membencinya, dan bertaqwalaha kepada Allah, sesungguhnya Allah maha penerima taubat dan penyayang. (Q.S. Al Hujurat: 12)
Dari Abi Hurairah radiyallahu ‘anhu, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ ، وَلاَ تَحَسَّسُوا ، وَلاَ تَجَسَّسُوا ، وَلاَ تَحَاسَدُوا ، وَلاَ تَدَابَرُوا ، وَلاَ تَبَاغَضُوا ، وَكُونُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا
Hati-hatilah kalian dari prasangka, sesungguhnya prasangka itu adalah sejelek-jelek ucapan, jangan mencari kejelekan oranga lain, jangan memata-matai, jangan saling menghasad, jangan saling membelakangi, jangan saling membenci, dan jadilah hamba Allah yang bersauda )HR. Ahmad dan HR Bukhari)
Allah ta’ala juga berfirman,
وَمَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا
Tidaklah mereka mempunyai ilmu, dan apa yang mereka ikuti kecuali prasangka, sesungguhnya prasangka tidaklah akan menunjukkan kepada kebenaran sedikit pun (Q.S. Annajm: 28)
Dari ayat dan hadits di atas, maka terlihat jelas bahwa kita tidak bisa hanya memperturutkan keinginan manusia, melainkan kita harus lebih banyak fokus melakukan sesuatu hanya karena Allah ta’ala. Kita harus membuang prasangka negatif pada orang lain, yang biasanya sudah dipenuhi oleh kepentingan duniawi.
Kita tidak mungkin akan bisa memuaskan manusia sesuai dengan keinginan mereka. Dan tentu kita akan merasakan kecewa. Ketika kita berbuat jelek mereka akan komentar, dan ketika kita berbuat benar mereka pun juga akan komentar. Karena itu, hendaklah cukup bagi kita melakukan segala sesuatu karena Allah ta’ala, dan memastikan betul apa yang kita kerjakan adalah sesuatu yang sesuai dengan syariat Islam.
Perlu kita sadari bahwa jika kita hanya mengikuti kebanyakan dari manusia, maka niscaya kita pun akan bisa tersesat. Allah ta’ala berfirman,
وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ (116) إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ مَنْ يَضِلُّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ (117
Jika kamu mengikuti kebanyakan mereka yang ada di muka bumi ini, maka niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah, karena tidaklah yang mereka ikuti kecuali prasangka, dan mereka tidaklah kecuali berdusta. Sesungguhnya Rabbmu mengetahui siapa yang tersesat dari jalannya dan siapa mereka yang mendapatkan petunjuk (Q.S. An an’am: 116-117)
Mereka kebanyakan manusia dari omongannya, akan membuat kita pun ikut terjebak dengan prasangka negatif. Apalagi terkadang kita dibenturkan dengan orang-orang yang mungkin memang punya masalah dengan kita.
Maka seorang muslim, ia akan berusaha untuk senantiasa menaruh prasangka positif kepada saudaranya yang lain. Jika pun ia mendapatkan berita negatif tentang saudaranya, ia tidak akan langsung mengambil kesimpulan darinya, kecuali dengan terlebih dahulu mengkonfirmasi berita tersebut.
Allah ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu seorang fasik membawa berita, maka tabayunlah, agar tidak ditimpakan musibah kepada suatu kaum dan mereka pun menyesal akibat dari apa yang mereka lakukan (Q.S. Al Hujurat:6)
Akhirnya semoga kita semua diberikan kekuatan oleh Allah ta’ala untuk terhindar dari prasangka negatif, dan senantiasa berperasangka positif kepada orang lain. Semoga Allah ta’ala juga mengaruniakan kita teman-teman dan lingkungan yang membantu kita untuk biasa senantiasa berprasangka positif. Aamin.
Trento, 16 Februari 2015
Akhukum Fillah, Gonda Yumitro