Biarkan Saya Terus Menulis

Tulisku adalah keindahan. Curahan hati. Membagi semua beban terpendam. Berat. Dan tak mampu tertahan. Tulisan, mengurai masalah. Melapangkan dada. Membuka pikiran baru.

Demikian dunia kata telah menjadi jiwaku. Sejak SLTP saya sudah aktif menulis. Hanya singkat dan bercerita tentang pengalaman diri disertai sejumlah hikmah.

Memuaskan. Menjadikan saya sebagai orang yang sangat kaya. Tanpa masalah terpendam karena jiwa terasa bebas.

Tulisanku pun mengalir mulai melihat fenomena sosial. Getir dan tangis dengan kehancuran. Alangkah nampak kebodohan.

Orang – orang nyatanya tetap tertawa bebas. Keanehan dalam jiwa membuat saya terasing. Lebih suka menyendiri dan merenung. Tetapi sesungguhnya pada waktu itu saya merasakan kebermaknaan hidup.

Kemanfaatan baru yang memunculkan pikiran – pikiran penting. Dalam kesendirian saya dapat menangkap berbagai fenomena dan hikmah beserta keindahan.

Akhirnya sejak kuliah mulai saya meneriakkan semboyan tiada hari tanpa menulis. Awalnya hanya tulisan yang tidak pernah diselesaikan karena cita – cita yang begitu besar.

Ingin perfect dan selesai dalam bentuk buku objektif dan sulit dibantah. Terbukti dua tahun masa tersebut saya lalui. Tetapi hanya menghasilkan satu saja yang sampai sekarang belum dipublikasikan.

Saya tetap tidak yakin. Kesempurnaan adalah proses. Siapa yang tidak dengan sigap dan berani memulai dari hal yang kecil kesulitan mendapatkan kesuksesan.

Atas saran Prof. Dr. Yahya Muhaimin, saya pun mulai menulis artikel singkat. Apapun yang penting tuntas. Bahannya adalah pokok – pokok pikiran yang pernah dikumpulkan sebelumnya.

Saya suka. Dalam satu hari saja sejumlah tulisan singkat dapat saya selesaikan. Kini, terasa kata – kata dan pikiranku lebih produktif.

Saya sadar bahwa kegiatan ini sangat menyenangkan. Menulis untuk menuangkan rasa dan pikiran. Kreatifitas semakin terasa dan hidup menjadi lebih berarti.

Bukan persoalan ada yang membaca atau tidak. Sejarah suatu saat akan bicara.

Yang saya takutkan adalah keadaan diri sendiri. Banyak orang kehilangan jati diri karena keadaan yang menekan. Seorang penulis dapat saja ditukar dengan sejumlah uang. Dan sungguh saya tidak ingin hal ini terjadi.

Juga penulis adalah mereka yang penuh dengan idealisme. Setiap kebenaran sesederhana apapun harus disampaikan. Tidak semua orang akan menyukai.

Dan pikiran saya terhadap berbagai bahan yang masih tersimpan akan mengantarkan diri pada gejolak besar. Melihat keadaan sekarang ini, dikala manusia semakin hidup dalam kesemerautan, tulisan pemberontakan akan keluar.

Sejarah membuktikan bahwa tidak sedikit para penulis, lebih pantas disebut pemikir, yang menjadi korban. Mereka berusaha bergerak berdasarkan suara hati. Dukungan massa akan muncul.

Kedholiman serta kejahilan akan terganggu. Ada banyak mereka yang harus menjalani hidup dipenjara atau kematian karena idealisme yang mereka pegang.

Kebanyakan mreka adalah pembawa perubahan dengan ide besar yang juga menggunakan tulisan. Tidak mustahil……demi kebenaran, yang hanya terucap “biarkan saya terus menulis “.

Bandung, 11 juli 2005

Leave a Response