Di antara Keutamaan Masjid

Sesungguhnya Allah telah menjadikan pada segala sesuatu itu perkara yang lebih utama dari lainnya. Allah muliakan beberapa rasul dibandingkan dengan rasul lainnya. Allah juga mengutamakan beberapa bulan dibanding bulan lainnya.

Sebagaimana Allah telah mengutamakan beberapa hari, malam, dan jam dibandingkan waktu lainnya, maka demikianlah Allah telah mengutamakan masjid dibandingkan dengan tempat-tempat lainnya. Pada masjid-masjid tadi, Allah ta’ala telah memilih masjidil Haram, masjid Nabawi dan masjid Al Aqsa sebagai seutama-utama masjid.

Keutamaan masjid ini terlihat dari firman Allah ta’ala,

وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا

Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik Allah, maka jangan menyeru bersama Allah sesuatu apapun (Q. S. Aljin: 18)

Hal ini juga senada dengan hadits Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam,

أَحَبُّ الْبِلاَدِ إِلَى اللهِ مَسَاجِدهَا ، وَأَبْغَضُ الْبِلاَدِ إِلَى اللهِ أَسْوَاقهَا

Negeri yang paling dicintai oleh Allah ta’ala adalah masjid-masjid, dan tempat yang paling dibenci oleh Allah ta’ala adalah pasar-pasar (HR. Muslim)

Dari Abu Darda’ radiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan bahwa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

الْمَسْجِد بَيتُ كُلّ تَقِيّ

Masjid adalah rumahnya setiap orang yang bertaqwa (HR. Abu Na’im)

Dengan berbagai keutamaan masjid tadi, maka terlihat betul bahwa orang-orang yang beriman dan bertakwa akan mencintai masjid. Mereka adalah orang-orang yang ingin memakmurkan masjid.

Dalam hal ini, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam merupakan contoh terbaik dalam semua perkara, termasuk dalam kaitannya dengan kecintaan beliau terhadap masjid.

Bahkan ketika beliau sedang dalam perjalanan atau sepulang dari safar dan perang, maka tempat pertama yang beliau datangi adalah masjid. Di sana beliau shollallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat sholat sebagaimana yang beliau lakukan di Khaibar.

Oleh karena itu, sebagai pengikut Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, kita perlu mengikatkan hati kita dengan masjid. Apalagi dalam salah satu hadits, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam menjami mereka yang terikat hatinya dengan masjid sebagai salah satu golongan yang akan mendapatkan naungan Allah ta’ala pada hari kiamat. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

(سبعة يظلهم الله في ظله يومَ لا ظلَّ إلا ظله وذكر منهم: (ورجل قلبه معلق بالمساجد

Tujuh golongan yang Allah naungi pada naungan-Nya di hari yang tidak ada naungan kecuali naungan dari Allah ta’ala. Dan salah satu yang disebutkan padanya, seorang laki-laki yang hatinya terikat dengan masjid (HR Bukhari Muslim)

Imam Nawawi mengatakan bahwa hati yang terikat dengan masjid maknanya tentu bukan sekedar secara fisik dalam artian yang bersangkutan banyak duduk di masjid. Namun ia begitu mencintai masjid sehingga senantiasa menjaga sholat jama’ah di masjid, banyak berdzikir, mengikuti taklim dan kegiatan-kegiatan yang memakmurkan masjid lainnya.

Mereka yang memakmurkan masjid karena mengetahui begitu utamanya rumah Allah ini, niscaya pada hari kiamat nanti akan menjadi tetangga-tetangga Allah ta’ala. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إن الله لينادي يوم القيامة: أين جيراني، أين جيراني؟ فتقول الملائكة: ربنا! ومن ينبغي أن يجاورك؟ فيقول: أين عمار المساجد؟”

Sesungguhnya Allah ta’ala akan menyeru pada hari kiamat, mana tetangga-Ku, mana tetangga-Ku? Maka para malaikat berkata, wahai Rabb kami, siapa mereka yang menjadi tetangga-Mu?. Allah ta’ala berfirman, mana mereka yang memakmurkan masjid? (HR. Harits dishohihkan oleh imam Al Bani)

Akhirnya, kita berdoa kepada Allah ta’ala, semoga kita semua termasuk di antara mereka yang hatinya senantiasa terikat dengan masjid. Aamin.

 

Lombok, 27 November 2015

Akhukum Fillah, Gonda Yumitro

 

Gonda Yumitro

Gonda Yumitro

Meraih Sarjana Ilmu Politik (S.IP) dari Ilmu Hubungan Internasional UGM, M.A Political Science, Jamia Millia Islamia, dan M.A International Relations, Annamalai University, India. Menyelesaikan jenjang PhD Political Science dari International Islamic University Malaysia. Belajar agama dari beberapa ustadz ketika sedang studi di Yogyakarta, Malang dan India. Bekerja sebagai Professor di Prodi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang.

Leave a Response