Idealisme Sang Penulis

Apa yang hendak engkau ketahui tentang hidup seorang penulis. Tidak ada yang istimewa. Apalagi keadaan ekonomi mereka. Jiwa yang penuh idealisme seringkali berbenturan dengan realita di tengah masyarakat.

Bagaimana mungkin ia menerima sesuatu yang yang bertentangan dengan nuraninya. Ia akan berusaha untuk konsisten karena apapun yang disampaikan begitu melekat di jiwa.

Kecuali bagi mereka yang telah hilang kesucian hatinya. Kebaikan mungkin dan berpeluang besar menjadi racun. Tidak terkecuali para penulis.

Tulisan ini ingin menggambarkan bagaimana kehidupan penulis yang sebenarnya, yaitu mereka yang tetap berpegang teguh pada idealisme kebenaran. Uang dan kedudukan bukanlah tujuan, meskipun hal tersebut dapat diperoleh sebagai konsekuensi pemahaman keilmuan dan kecerdasan yang dimiliki.

Mereka terus berjuang melalui tulisan dan terhindar dari segala bentuk kemunafikan. Ia menulis dengan kejernihan hati dan kesehatan akal.

Merekalah yang menulis setelah benar-benar mempunyai ilmu yang mumpuni. Ia mampu membedakan antara yang benar dan yang salah. Dengan kondisi tersebut, setiap yang ditulisnya membawa kebaikan pada masyarakat.

Tidak sama sekali menyesatkan. Justru cahaya yang begitu terang mengiringi setiap hurup dan kata yang mereka goreskan.

Selain itu, seorang penulis harus siap dengan resiko apapun dari tulisannya. Menulis pada hakekatnya adalah da’wah, dan tidak ada da’wah yang berjalan mulus. Pasti banyak aral melintang.

Bisa saja beberapa poin dari yang ditulisnya tidak disukai sebagian orang, termasuk kelompok yang berpengaruh di tengah masyarakat. Apalagi di tengah budaya yang menganut paham kebebasan dewasa ini.

Atas nama HAM mereka tidak mau diusik meskipun melakukan kemungkaran yang merugikan orang lain. Manusia cenderung memikirkan dirinya sendiri. Dalam kondisi ini, seorang penulis harus bertahan pada prinsipnya.

Kekuatan jiwa pada diri seorang penulis tersebut tidak akan muncul tanpa menikmati sebagian hidupnya bersama kesunyian. Pada saat ini ia akan berusaha untuk mengumpulkan sebanyak mungkin energy kebenaran.

Ia sadar dan memahami makna hidup yang sebenarnya. Ia menjadi sosok yang mampu mendengarkan suara hati.

Merekalah para penulis, sosok yang bersyukur dengan kekayaan ilmu yang dimilikinya. Ia tidak lagi menjadikan harta, tahta, dan ukuran duniawi lainnya sebagai parameter kesuksesan dan tujuan hidup, tetapi sudah merasakan keindahan ada pada perjuangan. Hidupnya selalu memberikan manfaat bagi orang lain.

Merekalah para penulis. Jauh dari keluh kesah. Semua mengalir hanya untuk kata. Perjuangan mereka akan dikenang sepanjang masa. Ide mereka mengalir dan dipelajari generasi zaman. Tanpa kebohongan.

Para penulis yang masih mempertahankan idealisme. Mereka yang berfikir mendalam dan memberikan solusi dari berbagai persoalan yang membingungkan.

Yogyakarta, 25 Januarti 2005

1 Comment

Leave a Response