Di era ini, ada orang yang karena berpendidikan tinggi merasa sombong. Ia merasa seperti orang yang berilmu. Padahal dalam Islam, tidaklah seseorang dikatakan berilmu, sampai ia merasa takut kepada Allah.
Sebagai bukti takutnya, semua perintah Allah ia kerjakan, dan semua yang dilarang ia tinggalkan.
Terkait hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu,
من يرد الله به خيرا يفقه في الدين
Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, maka diberikan kepahaman dalam masalah agama (HR. Ibnu Maajah)
Mujahid mengatakan,
الفقيه من يخاف الله عز وجل
Orang yang berilmu, yaitu barang siapa yang takut kepada Allah.
Atau dengan kata yang lain, Raabi’ bin Anas mengatakan,
من لم يخش الله تعالى فليس بعالم
Barang siapa yang belum takut kepada Allag ta’ala, maka bukanlah seorang yang berilmu.
Ali bin Abi Thalib berucap,
ألا أخبركم بالفقيه، من لم يقنط الناس من رحمة الله، ومن لم يؤمنهم من مكر الله، ولم يرخص لهم في المعاصي، ولم يدع القرآن رغبة إلى غيره
Maukan kalian aku kabarkan orang yang berilmu? Yaitu orang yang tidak membuat orang lain berputus asa dari rahmat Allah. Dan orang yang tidak membuat mereka aman dari makar Allah, dan tidak memberi keringanan kepada mereka dalam maksiat, dan tidak menggantikan alqur’an dengan sesuatu yang lain.
Oleh karena itu, Abdullah bin Mas’ud radiyallahu ‘anhu mengatakan,
ليس العلم عن كثرة الحديث، ولكن العلم عن كثرة الخشية
Tidaklah ilmu itu dengan banyaknya hadits (yang dihafal), tetapi ilmu itu dari banyaknya rasa takut kepada Allah.
Hal ini sesuai dengan firman Allah ta’ala,
إنما يخشى الله من عباده العلماء
Sesungguhnya, yang paling takut kepada Allah dari hambanya adalah para ulama (Q.S. Fathir: 28)
Kita berdo’a kepada Allah ta’ala, semoga semua ilmu yang kita pelajari membuat kita semakin takut kepada Allah ta’ala, dan memahami hakikat hidup ini. Aamiin.
Kuala Lumpur, 20 Desember 2018
Akhukum Fillah, Gonda Yumitro