Kunci Istiqomah Sholat Malam

Meskipun sholat malam mempunyai keutamaan yang banyak, tetapi sayang belum semua muslim betul-betul menjaganya. Terkadang baru sekedar keinginan saja untuk bangun dan bermunajat di keheningan malam.

Terkadang ada di antara kita yang sudah mempersiapkan diri untuk bangun dengan semua strategi, misalnya dengan tidur lebih cepat, minum sebelum tidur, dan sebagainya, tetapi tetap saja ternyata ia tidak bisa bangun, kecuali adzan subuh telah memanggil.

Na’udzubillah, bahkan ada di antara mereka yang suara adzan pun tidak terdengar, dan ia pun meskipun seorang lelaki akhirnya meninggalkan sholat subuh berjama’ah di masjid. Tidurnya terasa begitu nyenyak.

Semua hal ini sebenarnya tidak harus terjadi jika seseorang tadi sudah mulai membersihkan hatinya dan menjauhkan dirinya dari sekecil apapun dosa. Ia tidak lagi melihat besar kecilnya dosa, tetapi akan melihat pada siapa ia melakukan dosa tadi.

Ia tahu bahwa tidaklah satu dosapun yang ia lakukan kecuali akan membuat dirinya semakin sulit untuk berada dalam ketaatan kepada Allah ta’ala.

Jangankan kita yang hidup di zaman fitnah, para ulama sekali pun selevel Syufyan Atsauri mengalami kesulitan untuk sholat malam ketika ia melakukan satu dosa. Padahal dosa mereka sangat kecil dibandingkan dosa yang banyak dilakukan oleh umat pada masa kini.

Beliau rahimahullah pernah berkata,

حرمت قيام الليل خمسة أشهر بذنب أذنبته. قيل: وما ذاك الذنب؟ قال: رأيت رجلاً يبكي فقلت في نفسي: هذا مراءٍ.

Aku tidak sanggup melaksanakan sholat malam selama lima bulan karena satu dosa yang aku lakukan. Maka ketika ditanyakan adanya, dosa apakah itu? Beliau menjawab, aku pernah melihat ada seorang lelaki menangis, kemudian aku berkata dalam diriku, orang ini cengeng!!

Maka lihatlah betapa gerak hati saja bisa dirasakan oleh para ulama terdahulu. Mereka bertaubat atas dosa yang dilakukan secara tersembunyi, yang bahkan tidak diketahui oleh orang yang beliau celah. Maka bagaimanakah dengan keadaan kita sekarang?

Tentu nikmatnya sholat malam akan semakin sulit kita rasakan jika hati ini masih gelap dengan dosa, masih dipenuhi oleh syahwat dan kecintaan terhadap dunia ini.

Pernah suatu hari seseorang melaporkan tentang dirinya kepada seorang ulama tentang ketidakmampuannya untuk melaksanakan sholat malam. Maka pada saat itu, sang ulama menjawab,

لا تعصه بالنهار يقمك بالليل

Janganlah engkau bermaksiat pada siang harinya karena ia akan menghalangimu untuk bangun dikeheningan malam.

Maka dari sini akan terlihat bagaimana besarnya pengaruh kebersihan hati kita dari kemaksiatan terhadap kemampuan kita untuk bangun di keheningan malam dan bermunajat kepada Allah ta’ala.

Jika terasa mudah bagi kita untuk bangun dan terasa nikmat membaca ayat-ayat Allah dalam sholat kita, meskipun tubuh mungkin dalam keadaan capek, maka insyaAllah itu merupakan tanda bersihnya hati kita. Maka bersyukurlah kepada Allah ta’ala dan teruslah berusaha untuk istiqomah.

Namun sebaliknya, jika semua terasa berat dan tidak lagi terasa nikmat, segeralah bertaubat kepada Allah ta’ala, dan carilah hati yang bersih. Sungguh kenikmatan ahli syahwat tidak ada apa-apanya dibandingkan kenikmatan bermunajat bagi ahli tahadjud.

Kita berdoa kepada Allah ta’ala semoga Allah memudahkan kita untuk meninggalkan semua dosa, dan kita tergolong di antara mereka yang menjadi sholat malamnya. Aamin.

 

Trento, 20 Februari 2015

Akhukum Fillah, Gonda Yumitro

 

Gonda Yumitro

Gonda Yumitro

Meraih Sarjana Ilmu Politik (S.IP) dari Ilmu Hubungan Internasional UGM, M.A Political Science, Jamia Millia Islamia, dan M.A International Relations, Annamalai University, India. Menyelesaikan jenjang PhD Political Science dari International Islamic University Malaysia. Belajar agama dari beberapa ustadz ketika sedang studi di Yogyakarta, Malang dan India. Bekerja sebagai Professor di Prodi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang.

Leave a Response