Menjauhkan Sifat Bohong

Kebohongan seakan sudah menjadi hal biasa di tengah masyarakat kita sekarang ini. Siapapun dengan mudah mengucapkan sesuatu yang tidak ada kebenaran padanya, baik dari kalangan bawah maupun mereka yang seharusnya dijadikan sebagai pimpinan di tengah masyarakat sekali pun.

Apalagi media massa tidak sedikit menyampaikan berita-berita yang masih merupakan kabar burung. Banyak acara yang tidak mendidik ditampilkan, termasuk terkadang kebohongan dalam bentuk acara-acara lucu, yang dimaksudkan untuk menghibur orang lain.

Perkara yang sudah dianggap biasa di tengah masyarakat kita ini sebenarnya merupakan perkara serius dalam islam, dimana Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa dalam kejujuran dan mengatakan apa adanya meski pun hal tersebut terasa pahit.

Dalam Islam diyakini bahwa kebohongan hanya akan menimbulkan dampak negatif, kecuali kebohongan seorang istri atau suami untuk membahagiakan pasangannya, atau kebohongan untuk menyelamatkan nyawa orang lain.

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إن الكذب يهدي إلى الفجور، وإن الفجور يهدي إلى النار، وإن الرجل ليكذب حتى يكتب عند الله كذاباً

Sesungguhnya kebohongan mengantarkan kepada kefujuran, dan kefujuran mengantarkan pada neraka. Sesungguhnya seseorang membiasakan diri berbohong sampai ia dicatat di sisi Allah sebagai pembohong. (HR. Bukhari)

Bahkan mereka orang-orang yang suka berbohong sebenarnya tidak lebih dari seorang munafik. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam,

آية المنافق ثلاث: إذا حدَّث كذب، وإذا وعد أخلف، وإذا اؤتمن خان

Tanda orang munafik ada tiga, jika bicara ia bohong, jika berjanji ia mengingkari, dan jika dipercaya ia berkhianat. (HR. Bukhari)

Karena kemunafikan ini pula maka Allah pun mengancam beberapa golongan, termasuk salah satunya orang yang suka berbohong, dengan menyatakan bahwa Allah ta’ala tidak mau melihat  mereka pada hari kiamat nanti.

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ثلاثة لا ينظر الله إليهم يوم القيامة: الإمام الكذاب، والشيخ الزاني، والعائل المزهو

Ada tiga golongan yang Allah tidak ingin melihat mereka pada hari kiamat, pemimpin yang berbohong, seorang tua yang berzina, dan orang miskin yang sombong (HR. Ahmad)

Lebih dari itu, mereka orang-orang yang suka berbohong pun tidak dikategorikan sebagai orang yang beriman. Dari Abu Darda’ beliau pernah bertanya kepada Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam,

هل يكذب المؤمن؟ قال [صلى الله عليه وسلم] : (لايؤمن بِاللَّهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْآخِرِ، [مَنْ حَدَّثَ فَكَذَبَ)

Apakah ada seorang mukmin yang berbohong? Maka beliau shollallahu ‘alaihi wasallam menjawab, tidak beriman kepada Allah dan tidak pun kepada hari akhir (siapa yang berbicara dan bohong) (Tafsir al-Durr al-Mantsur, 6/172)

Hal ini juga dikuatkan oleh ucapan Umar bin Khattab ketika beliau menyampaikan لَا تجد المؤمن كذابا (tidak akan ditemukan seorang muslim menjadi pendusta). Artinya bahwa seorang mukmin ia tidak lagi beramal hanya karena ada manusia, tetapi ia sudah merasa di awasi oleh Allah ta’ala.

Dari Muhammad bin Umar bin Ali bin Abi Tholi, dari kakeknya Allah Radiyallahu ‘anhu, beliau pernah berkata,  أَعْظَمُ الْخَطَايَا عِنْدَ اللَّهِ: اللِّسَانُ الْكَذُوبُ (kesalahan terbesar di sisi Allah adalah lisan yang berbohong).

Kita berdoa kepada Allah ta’ala semoga diberikan keistiqomahan untuk senantiasa berada dalam kejujuran dan tidak melakukan kebohongan. Aamin.

 

Malang, 6 Februari 2015

Akhukum Fillah, Gonda Yumitro

 

Gonda Yumitro

Gonda Yumitro

Meraih Sarjana Ilmu Politik (S.IP) dari Ilmu Hubungan Internasional UGM, M.A Political Science, Jamia Millia Islamia, dan M.A International Relations, Annamalai University, India. Menyelesaikan jenjang PhD Political Science dari International Islamic University Malaysia. Belajar agama dari beberapa ustadz ketika sedang studi di Yogyakarta, Malang dan India. Bekerja sebagai Professor di Prodi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang.

Leave a Response