Menulis Melahirkan Ide

Banyak orang mengalami kesulitan dalam menulis. Alasan umum karena kehabisan ide. Yang bersangkutan tidak tahu apa yang harus ditulisnya.

Selain itu persoalan lain pun tetap terjadi. Misalnya ide yang dimiliki tidak dapat disusun dengan baik. Masalah terakhir cukup sederhana karena hanya membutuhkan latihan yang lebih banyak.

Semakin banyak membaca dan menulis seseorang akan menemukan gaya yang sesuai dalam menulis. Orang – orang paham dengan karakter tulisannya.

Sementara persoalan pertama lebih serius karena bukan pada persoalan keterampilan, tetapi modal dasar.

Menulis adalah alat menyampaikan ide kepada orang lain. Tidak mungkin kegiatan ini dilakukan orang – orang yang tidak kreatif dan kehilangan ide. Mereka hanya bisa menjiplak tulisan orang lain.

Sebenarnya semua orang mempunyai potensi besar dalam dunia ide. Setiap kejadian apapun mengandung makna. Yang diperlukan hanya sedikit berfikir menangkap arti tersembunyi tersebut.

Pengalaman dan kemampuan mempelajari pendapat banyak orang merupakan hal penting. Ide – ide baru sebagai penilaian dan kesimpulan akhir dapat dimunculkkan.

Jadi tidak ada rintangan bagi siapapun untuk menulis. Hanya masalah seberapa penting ide yang ditawarkan dan seberapa menarik ide tersebut dikemas dalam tulisan.

Diperlukan latihan yang serius tanpa mengenal lelah. Mereka yang yakin dengan kemampuan dirinya dan bersabar akan menjadi penulis handal.

Masalahnya banyak diantara penulis pemula yang berfikir instan. Inginnya langsung menulis dan dapat dipublikasikan dengan tanggapan yang bagus.

Hampir tidak mungkin. Sementara sikap yang diambil dalam menghadapi kegagalan pun dengan menyerah. Kegiatan tulis menulis dihentikan.

Padahal kalau saja ia ingin melihat pengalaman para penulis ternama, terlalu kecil perjuangan yang dilakukan.

Salah seorang penulis terkenal di Jogjakarta misalnya mengaku bahwa tulisannya baru diterima di media ketika sudah lebih 70 – an buah yang dikirimkan. Tentu masih banyak pengalaman serupa penulis – penulis ternama yang lain.

Makna yang terkandung tidak jauh berbeda dengan keyakinan Enstein bahwa 99% dari keberhasilan terletak pada kerja keras. Menulis tidak tergantung dengan bakat.

Terutama dalam hal ide. Adalah kenyataan bahwa kemalasan berfikir meluas di tengah masyarakat sekarang ini. Butuh kerja keras dan hasil yang didapatkan tidak nyata.

Belum lagi pengaruh lingkungan seperti sistem pendidikan dan media tv yang tidak mendukung munculnya pikiran – pikiran kreatif.

Seorang pemikir lebih dinilai sebagai orang tertutup dan kurang gaul. Begitulah citra yang dimunculkan selain otak yang terasa buntu.

Sungguh kemunduran luar biasa akan terjadi jika keadaan ini dibiarkan. Universitas tidak lagi menjadi gudang intelektual tetapi menjadi tempat meluasnya gaya hidup bebas.

Diskusi – diskusi  hanya untuk kepentingan tugas kuliah. Telah hilang pikiran untuk memberikan yang terbaik di tengah masyarakat. Mahasiswa lebih takut tidak mendapatkan pekerjaan. Di universitas terkenal sekali pun.

Penulis  lebih banyak sekedar menyampaikan apa yang tidak  perlu karena sudah di tulisan orang – orang sebelumnya. Tidak ada peningkatan. Mudah ditebak, kebermaknaan uang lebih mendominasi. Pikiran murni dinilai mempersulit diri.

Sungguh, menulis tidak akan menyentuh tanpa keseriusan. Diperlukan kajian mendalam dan kehati – hatian untuk menghasilkan tulisan bermutu.

Percobaan demi percobaan terus dilakuan dan tidak cepat mengharap hasil. Kemurnian dan kejujuran inilah yang akan menghasilkan karya bermutu. Ide – ide baru mengalir.

Adalah tuntutan bahwa terlalu banyak yang perlu disampaikan untuk mempermudah memaknai hidup ini. Pengalaman orang lain melalui tulisan penting. Seseorang tidak perlu takut mencoba.

Kekuatan niat. Cobalah. Seringkali kita terbayang dengan sesuatu lantas menuliskannya. Saat itu sering lahir ide-ide baru.

Manusia tidak mungkin  kehilangan ide selama berusaha keras dan terus mencoba. Menulislah. Adakah engkau masih menanti? Tidak ada kesempurnaan yang mudah. (Yogyakarta, 21 Juni 2005)

Leave a Response