Saya kenal seorang professor yang begitu rajin belajar bahasa Arab. Gelar dan usianya yang sudah 50-an tidak menghalangi beliau untuk duduk bersama orang-orang yang lebih muda dan belajar bahasa arab dari dasar.
Pernah suatu hari ketika bertemu, beliau cerita bahwa pendidikan paling tinggi yang sudah beliau raih, harta yang sudah berkecukupan, posisi di masyarakat yang terpandang, dan sudah keliling ke banyak tempat tidak membuatnya menemukan hakikat hidup. Justru beliau menemukan ketenangan dan kebahagiaan ketika belajar dan mengamalkan islam sesuai tuntunan sunnah.
Oleh karena itu, beliau belajar bahasa Arab karena ingin langsung memahami islam dari sumber yang asli. Menurut beliau, jika selama ini sudah banyak waktu berlalu hanya untuk mengejar dunia, maka bathinnya memanggil supaya tidak terlena. Akhirat yang seharusnya jadi cita-cita utama.
Bagi beliau, ternyata kenikmatan belajar islam luar biasa, seakan merasakan surga sebagaimana ucapan para ulama terdahulu. Berkata Ibrahim bin Adham,
لو يعلم الملوك وأبناء الملوك ما نحن فيه من النعيم لجالدونا عليه بالسيوف
Jika raja dan anaknya tahu apa yang kami rasakan dari kenikmatan, maka mereka akan memukul kami dengan pedang (untuk merebutnya).
Demikian juga dengan syaikhul islam Ibnu Taimiyyah, beliau berujar,
إن في الدنيا جنة من لم يدخلها لا يدخل جنة الآخرة
Sesungguhnya di dunia ini ada surga. Siapa yang belum memasukinya, tidak akan masuk surga di akhirat.
Surga dunia itu adalah ketenangan bathin dan kebahagiaan di atas ilmu dan ketaatan.
Kita memohon kepada Allah ta’ala, semoga kita semua juga diberikan kesempatan untuk merasakan surga di dunia ini. Aamiin.
Kuala Lumpur, 12 Desember 2018
Akhukum Fillah, Gonda Yumitro