Penyebab Seretnya Rejeki

“Ah..jangankan yang halal, yang haram saja sulit!”

“Kalau cuman sedikit haram, nda papa.. insyaAllah Allah maha tahu dan pemaaf!!”

“Ini niatnya kan baik..nanti kalau sudah ada kesempatan insyaAllah bisa memperbaiki diri!”

“Kalau nda dengan cara mencicil (yang ribawi), bagaimana mungkin bisa punya rumah..!”

Masih banyak ucapan-ucapan lain yang sering kita dengar dari mereka yang seakan mencoba untuk menghalalkan sesuatu yang sudah diharamkan oleh Allah ta’ala. Mereka mengira bahwa dengan menempuh jalan yang haram, hartanya akan bertambah.

Padahal bagi orang yang beriman, keadaan yang sebenarnya tidaklah demikian. Segala sesuatu yang di dunia ini sudah ditaqdirkan oleh Allah ta’ala. Berapa banyak rejeki yang akan kita terima, perjodohan, kematian dan sejenisnya merupakan ketentuan yang telah ditaqdirkan Allah ta’ala.

Hal ini sesuai dengan firman Allah ta’ala,

إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ

Sesungguhnya pada segala sesuatu Kami ciptakan dengan taqdir (Q.S. Al Qomar: 49)

Bahkan dalam banyak ayat dan hadits disebutkan bahwa Allah ta’ala telah menentukan taqdir pada segala sesuatu tersebut lima puluh ribu tahun sebelum langit dan bumi diciptakan.

Seorang hamba yang menyakini perkara taqdir, maka ia akan berusaha untuk mensyukuri apapun yang Allah ta’ala berikan. Tidak ada sedikit pun protes dalam hidupnya terhadap ketentuan Allah ta’ala. Ia paham betul bahwa Allah ta’ala telah berfirman,

وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ

Boleh jadi engkau membenci sesuatu padahal ia baik bagimu, dan boleh jadi engkau mencintai sesuatu padahal ia jelek bagimu, dan sesungguhnya Allah maha mengetahui dan engkau tidak mengetahui (Q. S. Baqarah: 216)

Ibnul Qoyim dalam kitab Al Fawaid menyebutkan bahwa seorang hamba dengan kejahilannya seringkali menginginkan sesuatu yang segera berkaitan dengan perkara dunia, padahal sebenarnya ada akhir yang jauh lebih baik baginya di akhirat.

Ia mengira bahwa dengan mengejar dunia ia akan mendapatkan apa yang ia harapkan dengan melakukan kemaksiatan sekalipun. Padahal, dengan jelas apa yang dilakukannya sebenarnya sedang menghalangi pintu rizkinya.

Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam,

إن الرجل ليحرم الرزق بالذنب يصيبه

Sesungguhnya seseorang telah menghalangi datangnya rezeki dengan dosa yang ia lakukan. (HR.Ahmad)

Para ulama mengatakan,secara jumlah boleh jadi yang ia dapatkan terlihat bertambah, tetapi ia sebenarnya sedang mengurangi keberkahan dari rezeki yang ia dapatkan.

Ibnul Qoyyim Al Jauziyah mengatakan bahwa bagi mereka yang melakukan kemaksiatan, maka Allah ta’ala akan mengangkat keberkahan ilmu, amal, ketaatan, dunia dan perkara akhirat mereka. Sungguh tidak akan hilang keberkahan dari urusan kita kecuali karena maksiatan yang kita lakukan.

Dalam suatu kisah diceritakan bahwa pernah suatu hari seorang pekerja mendatangi imam Syafi’i kemudian mengadukan kesulitan ekonomi yang ia alami. Ia merasa bahwa gaji 5 dirham yang ia dapatkan setiap bulan dari majikannya tidak mencukupi kebutuhan hidupnya.

Maka, apa yang terjadi?. Justru imam Syafi’i memerintahkan agar ia meminta gaji 4 dirham saja kepada sang majikan. Setelah ia turuti, ternyata gaji 4 dirham tadi semakin tidak mencukupi.

Akhirnya ketika ia kembali menemui Imam syafi’i, maka ia pun kembali diperintahan untuk meminta gaji 3 dirham saja dari majikannya. Akhirnya, subhanallah, ternyata ketika gajinya hanya 3 dirham, justru ia merasakan ketenangan batin, dan gaji yang ia miliki mencukupi bahkan berlebih untuk kebutuhan bulanannya.

Karena ta’jub, ia pun kembali bertanya kepada imam Syafi’i. Sang imam pun mengatakan bahwa sebenarnya uang yang menjadi haknya hanya 3 dirham, sementara yang dua atau satu dirham lebihnya tidak sesuai dengan pekerjaan yang ia lakukan.

Ketika dua atau satu dirham tadi ikut diambil, maka ia pun menjadi penyakit bagi hartanya yang halal, sehingga keberkahan dari harta yang halal tadi pun menjadi hilang.

Oleh karena itu, perlu bagi kita untuk banyak melakukan intropeksi terhadap kehidupan kita, utamanya berkaitan dengan kehalalan rezeki yang kita dapatkan. InsyaAllah dengan ketaqwaan kita kepada Allah ta’ala, maka Allah pun akan memberikan keberkahan dalam hidup dan rezeki  kita.

Allah ta’ala berfirman,

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاء

Jika penduduk suatu negeri beriman dan bertaqwa, maka akan kami bukankan pada mereka keberkanan dari langit (Q.S: A’raf: 96)

Kita berdoa kepada Allah ta’ala, semoga kita dihindarkan oleh Allah ta’ala dari seretnya rezeki karena maksiat yang kita lakukan, dan kita diberikan rezeki yang barokah dari Allah ta’ala. Aamin.

 

Malang, 29 November 2015

Akhukum Fillah, Gonda Yumitro

Gonda Yumitro

Gonda Yumitro

Meraih Sarjana Ilmu Politik (S.IP) dari Ilmu Hubungan Internasional UGM, M.A Political Science, Jamia Millia Islamia, dan M.A International Relations, Annamalai University, India. Menyelesaikan jenjang PhD Political Science dari International Islamic University Malaysia. Belajar agama dari beberapa ustadz ketika sedang studi di Yogyakarta, Malang dan India. Bekerja sebagai Professor di Prodi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang.

Leave a Response