Sudah dibahas sebelumnya bahwa hasad merupakan penyakit hati yang sangat berbahaya baik di dunia maupun di akhirat. Meskipun demikian para ulama menyebutkan bahwa selain menginginkan hilangnya kebaikan pada orang lain, hasad juga bisa diartikan sebagai keinginan untuk mendapatkan kebaikan yang sama seperti yang didapatkan oleh saudaranya.
Hasad seperti definisi kedua ini yang dibolehkan dan dilakukan oleh para sahabat. Dalam hari-harinya mereka senantiasa dalam lomba untuk mendapatkan kebaikan. Hal ini sesuai dengan hadits, sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud radiyallahu ‘ahu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لا حسد إلا في اثنتين: رجل أتاه اللّه الحكمة فهو يقضي بها ويعلمها، ورجل آتاه اللّه مالا فسلطه على هلكته في الحق
Tidak ada hasad kecuali pada dua hal, seseorang yang diberikan Allah hikmat, dan ia berhukum dengannya dan mengajarkannya. Dan seseorang yang Allah ta’ala berikan harta kemudian ia mengeluarkannya untuk perkara yang hak (HR Bukhari)
Atau dalam riwayat Ibnu Umar disebutkan
رجل آتاه اللّه القرآن فهو يقوم به آناء الليل والنهار، ورجل آتاه اللّه مالاً فهو ينفق منه في الحق آناء الليل والنهار
Seseorang yang Allah berikan pemahaman quran dan ia berdiri di atasnya sepanjang malam dan siang, dan seseorang yang Allah berikan harta dan ia berinfak dengannya pada kebenaran sepanjang malam dan siang (HR. Bukhari)
Dan hal seperti inilah yang terjadi pada para sahabat. Mereka selalu menghabiskan waktu mereka untuk berlomba-lomba dalam kebaikan sebagai bentuk rasa “hasad” mereka.
Umar bin Khattab radiyallahu ‘ahnu menceritakan bahwa
أمرنا رسول اللّه صلى الله عليه وسلم أن نتصدق، فوافق ذلك مالاً عندي، فقلت اليوم أسبق أبا بكر أن سبقته يوماً. قال فجئت بنصف مالي، قال: فقال لي رسول اللّه صلى الله عليه وسلم: ”ما أبقيت لأهلك؟ قلت: مثله، وأتى أبو بكر رضي اللّه عنه بكل ما عنده، فقال له رسول اللّه صلى الله عليه وسلم: ما أبقيت لأهلك؟ قال: أبقيت لهم اللّه ورسوله
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami untuk bersedekah, maka aku pun mensedekahkan harta yang aku miliki. Maka aku suatu hari bertanya kepada Abu Bakr tentang sedekahnya. Ia mengatakan aku datang dengan setengah hartaku. Maka Umar mengatakan, Rasulullah mengatakan padaku, apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu. Maka aku mengatakan, setengahnya. Maka datang Abu Bakar radiyallahu ‘anhu dengan semua yang ia miliki. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu. Abu Bakar mengatakan, aku tinggalkan untuk mereka Allah dan Rasulnya. (HR. Bukhari)
Demikianlah juga hadits yang diriwayatkan oleh Anas Radiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan bahwa suatu hari kami duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian beliau bersabda,
يطلع عليكم الآن من هذا الفج رجل من أهل الجنة
Akan datang pada kalian sekarang seorang pemuda dari ahli surga.
Kemudian datang seorang pemuda yang janggutnya masih basah karena wudhu’, dan ia memegang sandal pada tangan kirinya. Hal tersebut ternyata selama tiga hari berturut-turut.
Maka ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri, Abdullah bin Amru bin Ash, radiyallahu ‘anhu mengikuti orang tadi dan berkata,
إني لاحيت أبى، فأقسمت ألا أدخل عليه ثلاثاً، فإن رأيت أن تؤويني إليك حتى تمضي الثلاث فعلت. قال: نعم،
Sesungguhnya aku punya masalah dengan ayahku, maka aku pun bersumpa untuk tidak mendatang beliau selama tiga hari. Maka jika bisa hendaknya engkau memberikan tempat untukmu selama tiga hari. Maka orang tadi mengatakan, boleh.
Maka Abdullah pun tinggal di rumah orang tadi selama tiga malam, tetapi tidaklah ia melihat orang tadi sholat malam, kecuali ketika mau tidur ia berdzikir kepada Allah azza wajalla dan bertakbir sampai bangun untuk sholat subuh.
Maka Abdullah pun mengatakan, tidaklah aku mendengar darimu kecuali kebaikan. Aku telah mendengar Rasulullah menyatakan bahwa engkau termasuk di antara ahli surga sebanyak tiga kali, maka apa yang menjadi amalanmu.
Orang tadi pun akhirnya mengatakan,
ما هو إلا ما رأيت، غير أنني لا أجد على أحد من المسلمين في نفسي غشاً ولا حسداً على خير أعطاه اللّه إياه
Tidak ada yang aku lakukan kecuali apa yang engkau lihat, kecuali pada diriku tidak ada terhadap seorang muslim dalam diriku kebencian, dan tidak pula hasa atas apa yang diberikan Allah padanya.
Maka Abdullah bin Amru pun mengatakan, هذه التي بلغت بك (ini perkara yang menyampaikan engkau padanya – membuat engkau dijamin surga). (HR. Ahmad)
Mudah-mudahkan kita semua bisa termasuk di antara orang-orang yang bisa meneladani para sahabat dalam mengelola sifat hasad mereka. Aamin.
Malang, 3 November 2016
Akhukum Fillah, Gonda Yumitro