Tantangan dakwah di era ini semakin berat, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Untuk menghadapi kondisi tersebut, seorang da’i perlu memiliki beberapa adab yang insyaAllah akan membantunya dalam kesuksesan dakwah yang ia lakukan. Di antara beberapa adab tersebut adalah:
Pertama, ikhlas. Wajib bagi semua da’i untuk ikhlas hanya mengharap wajah Allah semata dalam dakwah mereka. Bukan karena riya’ dan bukan pula karena sum’ah, sama sekali tidak ada keinginannya terhadap pujian dan balasan dari manusia.
Dengan tegas ia akan mengatakan bahwa ini adalah jalan mulia yang ia tempuh untuk mengajak orang kepada Allah. Ia sama sekali tidak mengharapkan balasan dan pujian dari manusia. Dan ia mampu untuk mengatakan firman Allah ta’ala,
لا نريد منكم جزاءً ولا شكورا
Tidaklah kami menginginkan balasn darimu dan juga ucapan terimakasih (Q.S. Al Insan: 9)
Dengan cara inilah ia akan menjadi orang yang memiliki profesi terbaik dan terhebat, sebagaimana firman Allah ta’ala,
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ
Dan siapakah yang lebih baik ucapannya daripada mereka yang menyeru ke jalan Allah. (Q.S. Fushilat: 33)
Kedua, berilmu atas apa yang ia dakwahkan. Maknanya seorang yang menjadikan dakwah sebagai jalan hidupnya, maka mereka harus konsisten di jalan ilmu. Ilmu dalam artian memahami materi apa yang disampaikan, memahami kondisi siapa yang akan didakwahi, dan berilmu tentang cara melakukan dakwah.
Hal ini sesuai dengan firmal Allah ta’ala,
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ
Katakanlah ini adalah jalanku yang aku menyeru kepada Allah di atas ilmu (Q.S. Yusuf: 108)
Dengan ilmu tadi, para mubaligh tidak justru akan menyeru kepada kesesatan dan kebodohan. Ia akan menyeru pada perbaikan, bukan kerusakan. Ia tidak sekalipun akan menyampaikan sesuatu kecuali ia mempunyai ilmu atas apa yang ia sampaikan. Artinya, sebelum menyampaikan sesuatu maka ia mengetahui bahwa apa yang akan ia bawa adalah ajaran yang berasal dari Allah dan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam.
Karenanya, seorang da’i termasuk orang yang rajin belajar. Ia senantiasa menyempatkan sebagian dari waktunya untuk membaca atau mengikut taklim untuk menambah ilmu yang dimilikinya.
Ketiga, seorang da’i hendaknya berlaku lembut dalam dakwahnya sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam. Ia juga tidak tergesa-gesa dalam dakwah dan mengharapkan agar orang lain segera mengikuti apa yang ia sampaikan.
Dalam dirinya muncul kesabaran yang luar biasa dan kesadaran bahwa jalan dakwah ini harus dijalani sesuai dengan yang Allah ta’ala perintahkan. Allah ta’ala berfirman,
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
Serulah ke jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan debatlah dengan cara yang baik (Q.S. Annahl: 125)
Bahkan dalam ayat yang lain, Allah ta’ala menceritakan bahwa salah satu kunci kesuksesan dakwah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam adalah karena beliau menyampaikannya dengan cara yang lembut. Allah ta’ala berfirman,
فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى
Maka katakanlah kepadanya ucapan yang lembut agar ia ingat dan takut (Q.S.Thoha: 44)
Keempat, seorang da’i harus mengamalkan apa yang ia sampaikan. Ia tidak boleh hanya menyampaikan untuk orang lain, tetapi ia melupakan dirinya sendiri. Justru orang seperti ini akan mendapatkan ancaman dari Allah ta’ala, sebagaimana firman-Nya,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ
Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan seuatu yang tidak kalian lakukan. Amat besar kemurkaan Allah terhadap mereka yang mengatakan sesuatu yang tidak dilakukan (Q.S. Shoff: 2-3)
Orang-orang seperti ini sama seperti orang-orang yahudi yang Allah ta’ala ceritakan,
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Apakah kalian memerintahkan manusia untuk berbuat baik dan melupakan diri kalian, padahal engkau sudah mendapatkan kitab, apakah kalian tidak berfikir? (Q.S. Baqarah: 44)
Dengan beberapa adab di atas, insyaAllah dakwah yang kita lakukan akan diberikan kemudahan oleh Allah ta’ala. Dengannya insyaAllah semakin banyak di antara umat ini yang semakin memahami Islam dan taat kepada Allah ta’ala. Aamin.
Malang, 31 Agustus 2015
Akhukum Fillah, Gonda Yumitro