Istiqomah Setelah Ramadhon

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam yang telah memberikan kesempatan umur dan kesehatan, sehingga pada pagi yang berbahagia ini kita masih bisa melaksanakan ibadah sholat idul fitri setelah menjalankan ibadah puasa ramadhon selama satu bulan.

Memang tidak semua umat islam melaksanakan sholat id pada hari ini. Akan tetapi, selama hal tersebut masih berdasarkan dalil dalam alquran dan sunnah, maka seharusnya tidak membuat persatuan di tengah umat dan masyarakat kita terganggu.

Yang lebih penting adalah kita berdoa kepada Allah, semoga ibadah kita di bulan ramadhon yang telah kita lewati diterima oleh Allah sehingga kita betul-betul kembali menjadi pribadi yang fitri.

Selain itu, kita berharap semoga beberapa pelajaran selama bulan ramadhon bisa  betul-betul menjadi sarana latihan yang efektif untuk membangun berbagai karakter mulia sebagai bekal kehidupan kita ke depan.

Dengan puasa ramadhon, mudah-mudahan tubuh kita terbiasa dengan pola makan yang sehat dan teratur. Dengan puasa, semoga empati sosial tumbuh dalam diri kita. Dan dengan puasa pula, sifat sabar dan kesungguhan untuk senantiasa istiqomah dalam ketaatan seberat apapun dapat kita wujudkan. Dengan puasa, semoga hati kita benar-benar menjadi hati yang bersih.

Allah berfirman,

قد أفلح من زكاها وقد خاب من دساها

Sungguh beruntung mereka yang mensucikannya dan merugi siapa yang mengotorinya.

Sebagaimana halnya suatu latihan, tentu saja mereka yang berhasil dalam latihannya menjadi lebih mahir setelah melewati masa ”karantina” selama satu bulan. Sifat-sifat mulia tersebut hendaknya menjadi semakin lebih baik di kehidupan kita mendatang.

Bukankah  jika memang hari-hari yang kita lalui setelah ramadhon menjadi lebih baik, maka hal tersebut menjadi pertanda diterimanya ibadah puasa ramadhon kita. Sebaliknya, jika kita mengikuti berbagai kebaikan di bulan ini dengan kemaksiatan dan kelalaian dari mengingat Allah, kita perlu waspada bahwa ibadah kita belum diterima oleh Allah.

Ketika seseorang konsisten dengan kebaikan yang ia lakukan, maka ia disebut sebagai orang yang istiqomah. Allah berfirman,

فاستقيموا إليه واستغفروه

Maka istiqomahlah di jalan Allah dan memohon ampunlah (kepada-Nya)

Dalam sebuah hadits rasulullah bersabda,

عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الثَّقَفِيِّ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قُلْ لِي فِي الْإِسْلَامِ قَوْلًا لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَ وَفِي حَدِيثِ أَبِي أُسَامَةَ غَيْرَكَ قَالَ قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ فَاسْتَقِمْ

Dari ayahnya dari Sufyan bin Abdullah ats-Tsaqafi, dia berkata; Aku berkata, “Wahai Rasulullah, katakanlah kepada saya suatu ucapan di dalam Islam yang tidak akan saya tanyakan kepada seorang pun sesudah anda.” Sedangkan dalam penuturan Abu Usamah dengan ungkapan, “orang selain anda”, maka beliau menjawab, “Katakanlah; Aku beriman kepada Allah, kemudian istiqomahlah.

            Dalam hadits yang lain rasulullah bersabda,

اتق الله حيثما كنت ، وأتبع السيئة الحسنة تمحها

Bertakwalah kepada Allah dimana pun kamu berada, dan ikutlah perbuatan jelek dengan kebaikan.

            Ma’asyiral muslimini jama’ah sholat id yang berbahagia. Saking pentingnya perkara istiqomah, maka Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma dalam menafsirkan ayat Allah yang berbunyi,

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ

Istiqomahlah engkau sebagaimana yang telah diperintahkan kepadamu.(QS.Huud:112)

Beliau mengatakan, “Tidaklah turun kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam keseluruhan al-Qur’an suatu ayat yang lebih berat dan lebih sulit bagi beliau daripada ayat ini.” (lihat Syarh Nawawi [2/92]).

Hal ini menunjukan bahwa masalah istiqomah merupakan suatu perkara yang besar dan serius. Pentingnya istiqomah misalnya, bisa juga terlihat dari kewajiban kita, yang dalam satu hari satu malam, minimal 17 kali berdoa untuk diberikan keistiqomahan di jalan yang lurus. Setiap sholat kita membaca,

أهدنا الصراط المستقيم

Tunjukilah kami ke jalan yang lurus.

Demikianlah seorang mukmin, selain istiqomah dalam ketaatan dan mohon pertolongan Allah, di dalam hatinya juga ada keyakinan bahwa Allah-lah yang memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus kepada kaum mukminin. Allah berfirman,

وإن الله لهاد الذين آمنوا إلى صراط مستقيم

Dan sesungguhnya Allahlah yang memberikan petunjuk kepada orang-orang yang beriman menuju jalan yang benar.

Sebagian ulama lain -sebagaimana dinukilkan oleh Abu al-Qasim al-Qusyairi- juga mengatakan,

الِاسْتِقَامَة لَا يُطِيقهَا إِلَّا الْأَكَابِر

Tidak ada yang bisa benar-benar istiqomah melainkan orang-orang besar.

Selain bermakna kesuksesan menjadi orang besar memerlukan keistiqomahan, hadits tersebut juga bermakna bahwa barang siapa yang istiqomah dengan suatu perbuatan kebaikan, insyaAllah ia akan menjadi orang besar.

Untuk itu, kita seharusnya punya prinsip, bahwa jika pada bulan ramadhon kita bisa melakukan berbagai kebaikan, kenapa tidak pada bulan lainnya.

Saya teringat kisah seorang anak yang begitu sholeh ketika ia bertanya kepada ayahnya. ’Wahai ayah, apakah ada orang yang tidak pernah berbuat salah seumur hidupnya”..dan sang ayah menjawab,” tidak ada, karena manusia adalah tempat salah dan dosa”.

’Jika satu tahun ya ayah?” sang ayah menjawab, sulit. ”Jika satu minggu wahai ayah?”. Jawaban sang ayah masih sama. Sampai sang anak bertanya, ”jika dalam satu detik?”.

Ketika sang ayah menjawab, ”ada”. Maka sang anak mengatakan, ”kalau begitu wahai ayah, saya akan menjadikan diri saya seorang hamba yang menghindari kemaksiatan dan senantiasa dalam ketaatan pada setiap detik yang saya lalui. Sehingga nanti seumur hidupku, saya ingin menjadikannya kumpulan dari detik-detik yang saya lalui dalam ketaatan”.

Demikianlah gambaran bagaimana istiqomah membutuhkan perjuangan yang berat dan kesungguhan. Bahkan setiap detik yang kita laluipun harus diusahakan agar senantiasa dalam ketaatan dan jauh dari kemaksiatan.

Memang, kita tidak bisa menjadi ahli pada semua kebaikan. Ada di antara kita yang kuat dalam berpuasa, ada yang kuat sholat, ada yang mudah dalam sadaqoh, ada yang ringan mengerjakan shoat malam, ada yang bisa menjaga hatinya agar terhindar dari penyakit hasad, dan masih banyak lagi berbagai kebaiakan lainnya.

Kalau pun ada orangyang menjadi ahli pada semua kebaikan tersebut tentu sangat sulit menemukannya. Akan tetapi Allah tidak menghendaki kita menjadi orang yang sempurna.

Bagi Allah, jika suatu kebaikan terasa mudah bagi kita, dengan tidak meninggalkan kewajiban sebagai muslim, maka keistiqomahan cukup sebagai sarana untuk mengantarkan diri ke dalam sorga.

Dalam suatu hadist diriwayatkan, rasulullah suatu hari duduk bersama para sahabat. Kemudian beliau berkata,

يطلع عليكم الآن رجل من أهل الجنة

Akan datang kepada kalian sekarag seorang laki-laki dari ahli sorga.

Para sahabat penasaran dengan siapa gerangan seorang yang begitu dicintai Allah sampai-sampai ia disebut ahli sorga (padahal ia masih hidup). Kemudian datangnya seorang laki-laki yang jenggotnya masih basah habis berwudhu’.

Abdullah bin umar yang berada diantara hadirin ingin mengetahui amalan apa yang dimiliki oleh laki-laki tersebut. Maka ia datang dan menumpang menginap selama tiga hari di rumah orang tersebut dengan alasan bahwa ia sedang bermasalah dengan ayahnya.

Akan tetapi, ternyata ia menemukan orang tersebut bukanlah seorang ahli tahajud atau puasa. Maka ia pun bertanya, “amalan apa yang membuat ia bisa disebut rasulullah sebagai ahli sorga”.

Laki-laki tadi berkata,

ما هو إلا ما رأيت، غير أني لا أجد في نفسي لأحد من المسلمين غشا، ولا أحسد أحدا على خير أعطاه الله إياه.

“tidaklah ada yang khusus dariku selain apa yang telah engkau lihat, akan tetapi aku tidak pernah menipu/berbohong dan mempunyai rasa iri kepada siapapun dari apa yang telah Allah karuniakan kepada mereka”

Demikianlah keistiqomahan dalam menjaga hati dari rasa iri dan menghindari penipuan mengantarkan seseorang masuk ke dalam sorga. Apalagi hati sebenarnya merupakan factor yang sangat mempengaruhi baik jeleknya amal kita.

Rasulullah bersabda,

«أَلَا وَإِنَّ فِي الْـجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلُـحَتْ صَلُـحَ الْـجَسَدُ كُلُّـهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْـجَسَدُ كُلُّـهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ».

Sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika ia baik maka baiklah semua jasadnya,tetapi jika ia rusak,maka rusaklah jasadnya semuanya. Ketahuilah itu adalah hati.

Ada juga orang yang istiqomah dengan wudu’nya, maka Allah pun akan mencatatnya sebagai seorang yang beriman. Rasulullah bersabda,

استقيموا ولن تحصوا واعلموا أن خير أعمالكم الصلاة، ولا يحافظُ على الوضوء إلا مؤمن

Istiqomahlah dan jangan setengah-setengah, ketahuilah bahwa sebaik-baik amalan kalian adalah sholat dan tidaklah seseorang menjaga wudu’nya kecuali ia adalah seorang mukmin.

Hasan al bashri berkata,

وَاللَّهِ مَا جَعَلَ لِعَمَلِ الْـمُؤْمِنِ أَجَلًا دُونَ الْـمَوْتِ، ثُمَّ قَرَأَ قَوْلَ الْـحَقِّ سُبْحَانَهُ واعبد ربك حتى يأتيك اليقين

Demi Allah, tidaklah suatu amalan dari seorang mukmin kecuali amalan untuk menuju kematian, ia membaca (memahami) ucapan yang hak dan menyembah tuhannya sampai datang kematian.

Subhanallah. Begitulah penghargaan islam terhadap orang-orang yang istiqomah, terhadap suatu amalan yang seringkali disepelekan oleh manusia sekali pun. Meskipun demikian, dihadapan Allah, perkara tersebut sungguh luar bisa.

Rasulullah bersabda,

أَحَبُّ الْأَعْمَـالِ إِلَى الله تَعَالَى أَدْوَمُهَا

Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah kekonsistenannya.

Dan tidaklah mungkin kita bisa istiqomah kecuali kita mempunyai komitment yang kuat, baik dalam hati, lisan maupun perbuatan. Rasulullah bersabda,

لا يستقيم إيمان عبد حتى يستقيم قلبُه ، ولا يستقيم قلبه حتى يستقيم لسانه

Tidak istiqomah iman seorang hamba sampai istiqomah hatinya. Dan tidaklah istiqomah hatinya sampai istiqomah lisannya.

Intinya bahwa istiqomah merupakan satu kesatuan pekerjaan hati, lisan dan perbuatan.

Jika kita bisa menjadi orang yang istiqomah, maka insyaAllah hidup kita akan betul-betul bahagia. Allah berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan; Rabb kami adalah Allah, kemudian mereka istiqomah akan turun kepada mereka para malaikat seraya mengatakan; Janganlah kalian takut dan jangan sedih, dan bergembiralah dengan surga yang dijanjikan kepada kalian.” (QS. Fusshilat : 30).

Demikian yang bisa kami sampaikan pada kesempatan ini, semoga kita semua bisa menjadi hamba-hamba yang istiqomah dalam ketaatan. Salah satu bentuk istiqomah kita adalah dengan melaksanakan puasa syawal selama 6 hari pada bulan ini.

Rasulullah bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالَ فَكَأَنَّمَا صَامَ الدَّهْرَ

Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan, lalu berpuasa 6 hari pada bulan Syawal, maka seakan-akan ia telah berpuasa setahun lamanya.

Akhirnya, di hari yang mulia ini, marilah kita sekali lagi memuji dan bersyukur kepada Allah seraya menundukkan hati, dan wajah kita, berdo’a dan bermunajat kepada Allah.

Leave a Response