Kembali Ke Pangkuan Rabbi

Kita semua adalah makhluk yang lemah. Tidak ada satu pun di antara kita yang luput dari dosa, karena hakikatnya manusia memang diciptakan dengan akal dan syahwat. Ketika syahwat lebih kuat dari akal untuk menjaga ketaatan pada Allah, maka pada saat itulah kehinaan diri ini terlihat.

Hanya saja, dosa dan maksiat yang kita lakukan, tidak seharusnya membuat kita berputus asa untuk kembali kepada Rabb, Allah subhanahu wa ta’ala. Dengan taubatan nasuha, insyaAllah kita akan menjadi orang terbaik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

كلُّ ابنِ آدمَ خطَّاءٌ، وخيرُ الخطًّائينَ: التَّوَّابونَ

Setiap anak cucu adam melakukan kesalahan, dan sebaik-baik yang melakukan kesalahan adalah orang yang bertaubat (HR.Tirmidzi)

Supaya taubat yang dilakukan betul-betul bisa membuat kita kembali kepada Rabb ini, para ulama menasehatkan kita beberapa hal:

Pertama, mengikhlaskan niat untuk bertaubat, dan jujur untuk memperbaiki diri dan menjauhkan diri dari semua godaan syaithan.

Kedua, hendaknya ia banyak melakukan muhasabah diri, menghitung bekal yang akan disiapkan untuk menghadap Rabb. Harus muncul perasaan takut dalam hal ketika akan melakukan maksiat, jangan-jangan ini adalah amalan terakhir dalam hidup kita.

Ketiga, berusaha menempuh semua jalan yang akan membuat ia semakin taat melaksanakan perintah Allah dan kuat untuk menjauhkan diri dari maksiat.

Keempat, mencari tempat yang baik yang disana berkumpul orang-orang sholeh. Dengan demikian ia akan termotivasi untuk menjadi lebih baik. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,

الرَّجلُ على دِينِ خليلِه، فلْينظُرْ أحدُكم مَن يُخالِلْ

Seseorang tergantung agama sahabt dekatnya, maka perhatikanlah pada kalian dengan siapa ia bersahabat (HR. Assuyuti)

Kelima, merenungi banyaknya kebaikan yang akan didapatkan oleh mereka yang menjaga ketaatannya baik di dunia maupun akhirat. Demikian juga perlu muncul kesadaran dalam diri bahwa kemaksiatan tidak lain hanya akan mendatangkan penyesalan.

Keenam, menyibukkan diri dengan perkara-perkara yang bermanfaat, baik untuk urusan dunia maupun akhirat. Sesungguhnya, ketika hati, pikiran dan jasad ini tidak sibuk dengan yang manfaat, ia akan diisi dengan perkara yang melalaikan dan maksiat.

Maka jangan sekali-kali mengisi waktu kita untuk perkara yang dimurkai Allah dengan memperturutkan hawa nafsu. Allah ta’ala berfirman,

أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا

Apakah kalian tidak melihat orang yang menadikan hawa nafsunya sebagai Tuhan? Apa engkau yang akan menjadi wakil bagi mereka? (Q.S.Al Furqon: 43)

Ketujuh, banyak berdo’a dan berdzikir kepada Allah ta’ala, semoga diampunkan semua dosa yang dilakukan, dan dijauhkan dari semua godaan syaithan yang terkutuk sehingga bisa mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. Hakikatnya apapun yang terjadi adalah atas ketentuan Allah, maka seorang mukmin menjadi do’a sebagai senjata untuk memohon ditetapkan di atas hidayah.

Berkaitan dengan dzikir, para ulama menyatakan bahwa sebaik-baik dzikir adalah membaca Alqur’an dan mentadaburi maknanya. Oleh karena itu, sebagai seorang yang mengharapkan dirinya kembali ke pangkuat Rabb, hendaknya betul-betul menjadi kedekatan dengan alqur’an dan senantiasa menjadikannya sebagai panduan dalam hidup.

InsyaAllah dengan melakukan beberapa hal di atas, perjalanan kembali menuju Rabb akan dimudahkan. Semoga kita semua termasuk di antara mereka. Aamiin.

 

Gombak, 25 November 2018

Akhukum Fillah, Gonda Yumitro

Gonda Yumitro

Gonda Yumitro

Meraih Sarjana Ilmu Politik (S.IP) dari Ilmu Hubungan Internasional UGM, M.A Political Science, Jamia Millia Islamia, dan M.A International Relations, Annamalai University, India. Menyelesaikan jenjang PhD Political Science dari International Islamic University Malaysia. Belajar agama dari beberapa ustadz ketika sedang studi di Yogyakarta, Malang dan India. Bekerja sebagai Professor di Prodi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang.

Leave a Response