Memaknai Gerak

Dalam menulis, berbicara, atau apapun namanya, dalam segera gerak dan sikap jangan pernah memulai atau melakukan sesuatu yang sifatnya menyudutkan, merendahkan, menuduh dan seterusnya yang akan membuat orang lain merasa tidak enak hati.

Ketika memang harus menyerang, gunakanlah bahasa yang halus tapi tajam dengan generalisasi. Tidak ada personal attack. Bersih layaknya memperlakukan diri sendiri. Jauh dari keinginan lebih kecuali sekedar keperluan. Itupun kewajiban. Menyampaikan.

Masalah ini penting dibahas karena di era sekarang sangat banyak orang berbuat tanpa ilmu yang cukup. Mereka melakukan hal – hal yang sia – sia. Banyak waktu dan energi dikorbankan tetapi hampa. Justru menimbulkan permusuhan atau paling tidak mengganggu orang lain.

Apa yang dapat diharapkan dari orang – orang seperti ini. Hidup tidak lebih dari waktu yang terus dikejar. Anehnya tidak pernah sadar bahwa semua berlalu cepat dan ia telah berada diambang kematian.

Manusia hendaknya paham dan sadar betul mengapa dan bagaimana seharusnya ia hidup. Sampai menyatu dengan setiap gerak. Menjadi karakter hidupnya. Tidak ada kegelisahan kecuali keindahan. Yang ia rasakan dan lingkungan memandang.

Jika memperhatikan kesibukan manusia, membaca sejarah, hendaklah menangis ketika tidak terketuk hatimu. Bertanyalah kemana mereka yang dulu katanya kuat. Mana gedung – gedung indah yang mereka  bangun. Semua berakhir dan berlalu cepat…..tidak ada yang mampu menghindarkan diri dari kematian.

Adapun seorang yang telah tiada tetapi meninggalkan karya besar untuk kemanfaatan banyak orang maka ia akan terus dikenang dan manfaat  ilmunya terus mengalir. Bukan harapan tetapi dunia yang memerlukan. Manusia punya jiwa dan semua menyukai  keindahan.

Banyak bahkan terlalu banyak mereka yang kuat dan begitu tangguh memperjuangkan kebenaran. Maka diri pun hendaknya merasa malu. Apa yang telah dan dapat engkau beri. Manusia yang telah terlena oleh berbagai kesenangan hingga buta, padahal hatinya menjerit.

Sudah sangat jelas dan hendaknya tidak seorang pun merasa ragu dengan kebenaran. Sumber yang suci dan bening. Hati yang hidup dan bercahaya. Indah. Tiada ketakutan kecuali jauh dari kebenaran. Semangat terus berkobar dan tiada keletihan karena setiap gerak pun ada di luar kuasa diri. Hati yang kuat dan bersih.

Memang ucapan jauh lebih mudah. Fakta membutuhkan data, perjuangan. Pengorbanan. Pembeda pejuang sejati dengan pengkhinat. Terlalu banyak yang manis tutur katanya tetapi berhati busuk. Manusia lain dapat membaca. Ia selalu dalam kecemasan. Ketergantungan kepada manusia begitu mencekam.

Mulailah dari memperbaiki niat semua akan berubah drastis. Banyak hal yang tidak dapat  dibayangkan. Usaha keras menghasilkan karakter. Murni dari gerak hati yang akan juga diterima hati. Dimana ketakutan.

Apapun yang terjadi membuat senyum dan rasa syukur semakin lebar. Kecintaan manusia. Keikhlasan untuk selalu memberi. Yakin dengan sangat kuat bahwa setiap manusia telah mempunyai jaminan.

Manusia. Kasihan dan sayang sekali mereka masih banyak yang membiarkan diri dalam kebodohan. Ketergantungan. Pendidikan mengapa tidak belajar sendiri. Renungan dan suara hati adalah secermat – cermat pandangan. Atau dosa yang terlalu banyak.

Entahlah…..hidup memang tidak satu irama. Ujian  terhadap kebijakan manusia dalam mengatasi berbagai persoalan. Siapa yang benar niat, ilmu  dan usahanya.

Yogyakarta, 13 Agustus 2005

Leave a Response