Optimalisasi Kerjasama Pendidikan Indonesia-India

Tulisan ini dimuat dalam buletin Atase Pendidikan KBRI New Delhi Edisi III, ditampilkan di blog dengan harapan agar bisa berbagi informasi bagi teman-teman yang belum bisa mendapatkan buletin tersebut

Menuju Kerjasama Pendidikan yang Lebih Optimal

Kemajuan India dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan, mengundang pemerintah Indonesia untuk mulai memperhatikan negara anak benua ini. Beberapa tahun lagi diperkirakan India sudah akan menggantikan posisi Jepang sebagai negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia setelah Amerika dan China.

Pada masa pemerintahannya, presiden SBY mengadakan kunjungan resmi ke India sebanyak dua kali. Pertama pada tanggal 21–24 November 2005, dan kedua pada tanggal 24-26 Januari 2011. Bahkan pada kunjungan kedua tersebut, presiden SBY didaulat sebagai Chief Guest dalam acara Republic Day India.

Momentum inilah yang digunakan oleh pemimpin kedua negara untuk menandatangai 18 MoU kerjasama di berbagai bidang. Salah satunya adalah kerjasama dalam bidang pendidikan. MoU kerjasama pendidikan ini ditandatangani oleh Menteri Pendidikan Nasional Indonesia, Prof. Mohammad Nuh dan Menteri HRD India, Kapil Sibal, pada tanggal 25 Januari 2011.Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia tidak ingin kerjasama ini hanya sebatas kesepakatan di atas kertas. Mereka menunjukan komitmennya untuk semakin mengoptimalkan kerjasama pendidikan dengan India. Hal ini terlihat dari beberapa kebijakan dan kegiatan yang cukup menggembirakan bagi kerjasama pendidikan kedua negara.

Pada awal tahun 2011, Indonesia sudah mempunyai Atase Pendidikan di KBRI India. Dengan adanya Atase Pendidikan, kerjasama pendidikan antarkedua negara dalam berbagai bentuk akan bisa lebih mudah dan optimal dilakukan.

Selain itu, sebagai upaya menindaklanjuti MoU kerjasama pendidikan kedua Negara, pada tanggal 9 September 2011, diadakan First Joint Working Group (JWG) Meeting, di New Delhi. Pertemuan ini merupakan media untuk membahas langkah konkrit dalam meningkatkan kerjasama pendidikan Indonesia dan India.

JWG meeting tersebut paling tidak menyepakati beberapa hal, misalnya akan diadakannya Program of Academic Recarching, dengan mengirim dosen-dosen senior Indonesia untuk melakukan joint research di India. Indonesia juga akan mengirim dosen ke India untuk belajar metodologi mengajar dan manajemen pengelolaan perguruan tinggi.

Pada tahun 2012, akan ada alokasi khusus bagi para dosen Indonesia untuk mengikuti program kerjasama riset bersama di India. Atdik KBRI India akan mencarikan partner yang sesuai untuk kegiatan ini.

Di sisi lain, pemerintah Indonesia juga mengundang para peneliti muda India untuk melakukan kegiatan Post-Doctoral di berbagai universitas di Indonesia dan kerjasama pengembangan Education Qualification Framework. Pemerintah Indonesia juga menawarkan beasiswa “Darma Siswa” bagi mahasiswa India untuk mempelajari budaya dan bahasa Indonesia.

Selain itu, pada JWB tahun depan, akan diadakan ekspo pendidikan India di Indonesia, bersamaan dengan kegiatan konferensi ilmiah Indonesia-India untuk lima bidang topik unggulan, yaitu teknologi, IT, kedokteran, managemen dan pendidikan jarak jauh.

Secara mandiri dan kelembagaan, beberapa kampus Indonesia juga sudah  mulai melakukan penjajakan kerjasama dengan kampus-kampus India misalnya UIN Malang dan UIN Jakarta. Beberapa bulan yang lalu, pimpinan kedua kampus tersebut sudah melakukan kunjungan awal ke kampus-kampus India.

Beberapa upaya tersebut di atas, diharapkan mampu semakin mengoptimalkan  kerjasama pendidikan kedua negara.

 Prospek Kerjasama Pendidikan Indonesia India

Berbagai upaya pemerintah Indonesia untuk semakin meningkatkan kerjasama pendidikan dengan India perlu diaprisiasi. Kerjasama ini diharapkan mampu mendukung Indonesia dalam upaya meningkatkan kualitas SDM yang mampu bersaing di kanca Internasional.

Melihat perkembangan yang ada, maka prospek kerjasama pendidikan antara kedua Negara cukup menjanjikan. Hal ini paling tidak dikarenakan beberapa hal, antaralain:

Pertama, sejarah kerjasama yang sudah terbangun cukup lama, termasuk dalam bidang pendidikan. Dalam artian luas, interaksi antara kedua negara bisa dilihat dari pengaruh budaya, bahasa, musik, agama dan sebagainya dari India ke Indonesia.

Adapun dalam hal pendidikan formal, terutama di perguruan tinggi, meskipun kerjasama kedua Negara belum maksimal, tetapi cukup menjadi bekal untuk membangun kerjasama yang lebih baik.

Memang pendidikan India selama ini belum cukup dikenal di Indonesia.  Buktinya, hanya sekitar 109 orang saja mahasiswa Indonesia yang kuliah di India pada tahun 2011. Jumlah yang sangat kecil jika dibandingkan dengan mahasiswa Indonesia yang kuliah di Australia, Mesir, Jepang, atau negara-negara Eropa.

Akan tetapi jika dilihat dari data alumni yang menyetarakan ijazah di Dikti, maka perkembangan jumlah mahasiswa Indonesia di India terlihat meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah terbesar adalah mahasiswa Indonesia yang kuliah di IIT Roorkee melalui program kerjasama dengan PU Indonesia.

Dalam hal ini, kerjasama tersebut sangat penting. Tanpa kerjasama pendidikan, maka hampir tidak mungkin bagi mahasiswa Indonesia untuk bisa kuliah di BITS, ISB, IITs, NITs, IISc, IIMs, dan AIIMS India mengingat persaingan untuk menjadi mahasiswa di kampus-kampus tersebut sangat ketat.

Sementara mahasiswa Indonesia yang kuliah di India dengan beasiswa Indian Council for Cultural Relations (ICCR) jumlahnya hanya 20 orang saja setiap tahun sesuai dengan kouta yang diberikan. Mereka kuliah di berbagai kampus di India, pada level sarjana, master dan doktor. Sisanya adalah mahasiswa Indonesia yang kuliah dengan biaya sendiri.

Kedua, Pendidikan India mempunyai banyak keunggulan dan secara intensif mulai membangun kerjasama Internasional dengan berbagai negara. Informasi tentang keunggulan pendidikan India bisa dibaca dalam buletin Sukriya Edisi I.

Dengan penjelasan singkat, kualitas pendidikan India tidak kalah dengan pendidikan di Amerika dan Eropa. Hal ini didukung oleh jumlah guru besar dan doktor India yang berjumlah lebih dari 500 ribu orang. Berbeda dengan Indonesia yang baru sekitar 20 ribu saja.

Selain itu karya-karya penelitian kampus-kampus India luar biasa. Satu kampus saja bisa menghasilkan lebih dari 1.500 lebih karya tulis dalam satu tahun. Sementara di Indonesia satu kampus hanya menghasilkan maksimal ratusan karya tulis.

Adapun intensifikasi kerjasama Internasional kampus-kampus India bisa terlihat dari berbagai kerjasama dengan berbagai negara di kawasan Eropa, Amerika, Australia dan Asia. Jumlah mahasiswa asing yang studi di India pun semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Sebagai hasil dari kualitas pendidikan yang bermutu tersebut, tidak kurang dari 30 persen peneliti NASA adalah orang India, begitu juga di Microsof dan perusahan-perusahaan besar di berbagai negara lainnya. Untuk kebutuhan dalam negeri, India sudah mulai memproduksi sendiri barang-barang berteknologi tinggi, misalnya mobil, pesawat, senjata, kapal selam, dll.

Ketiga, Indonesia dan India pada dasarnya mempunyai kondisi dan persoalan bangsa yang memiliki banyak kesamaan. Indonesia dan India sama-sama negara yang merdeka setelah perang dunia kedua, sama-sama mempunyai jumlah penduduk yang padat, merupakan negara demokrasi ketiga dan kedua terbesar di dunia.

Selain itu, Indonesia dan India mempunyai masalah yang sama berkaitan dengan  ketimpangan sosial, korupsi, kemiskinan, pembangunan, dll. Akan tetapi, sejauh ini India sudah mulai menunjukan kemampuannya untuk keluar dari berbagai persoalan tersebut.

Dengan kondisi yang demikian, maka kerjasama dalam bidang pendidikan menjadi solusi yang cukup efektif bagi kedua negara untuk berbagi strategi dalam pembangunan SDM serta pengalaman dan metode dalam menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi. Secara teoritis dan pengalaman harian selama kuliah di India, mahasiswa Indonesia akan mempunyai cukup bekal untuk mencarikan solusi persoalan di dalam negeri.

Keempat, pengambil kebijakan dalam bidang pendidikan di kedua Negara sudah merespon positif upaya untuk semakin menguatkan kerjasama pendidikan tersebut. Hal ini misalnya bisa dilihat dari MoU antara kedua negara dalam bidang pendidikan dan First Joint Working Group Meeting yang sudah diadakan.

Meskipun demikian, bukan berarti kerjasama pendidikan antara kedua Negara tidak mempunyai tantangan. Tantangan utama yang yang dihadapi adalah masalah informasi kualitas dan kondisi dunia pendidikan India yang belum terpublikasi dengan baik di Indonesia. Hal ini akhirnya menyebabkan tidak sedikit masyarakat Indonesia yang masih ”kurang berminat” untuk kuliah di India.

Jika potensi yang sudah dimiliki bisa dioptimalkan dan berbagai tantangan kerjasama pendidikan bisa diselesaikan, maka harapan untuk membangun kerjasama pendidikan yang jauh lebih baik antara kedua negara merupakan suatu keniscayaan. (red)

 

1 Comment

Leave a Response