Persiapan Kuliah Ke India

Tulisan ini dimuat dalam buletin Atase Pendidikan KBRI New Delhi Edisi IX, ditampilkan di blog dengan harapan agar bisa berbagi informasi bagi teman-teman yang belum bisa mendapatkan buletin tersebut.

Pendaftaran beasiswa ICCR sudah dibuka sebagaimana dibahas Sukriya dalam edisi V. Bagi yang ingin kuliah dengan biaya sendiri, penerimaan mahasiswa asing pun akan dimulai pada bulan Maret dan April. Artinya tidak lama lagi  mahasiswa baru Indonesia akan mulai berdatangan ke India untuk melanjutkan pendidikan mereka.

Berkenaan dengan hal tersebut, maka pada edisi ini Sukriya membahas informasi awal dan penting yang perlu diketahui calon mahasiswa sebelum berangkat ke India, terutama berkaitan dengan kampus dan lingkungan. Harapannya, mereka akan mempunyai persiapan yang lebih matang dan mental yang lebih kuat untuk kuliah di India.

Untuk menggali informasi, Sukriya mengunjungi dua orang mantan ketua PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) India, Jusman Masga Ph.D (cand) dan Zulhan Indra Prasetia, MA (cand). Mereka berdua dipandang tepat untuk memberikan informasi karena selain pernah terlibat aktif dalam PPI, keduanya juga sudah menimba ilmu di India dalam waktu cukup lama. Jusman Masga sudah 14 tahun tinggal di India, sementara Zulhan Indra sudah 5 tahun.

Dalam diskusi bersama Sukriya, Jusman Masga menyatakan bahwa tidak jarang seorang mahasiswa memutuskan mengambil kuliah di suatu kampus atau bahkan di suatu negara tanpa informasi yang cukup. Lebih bahaya jika kuliah ke luar negeri hanya karena rasa gengsi semata. ”Jika demikian, sangat besar kemungkinan hasil yang didapatkan selama kuliah tidak akan maksimal.” terangnya.

Zulhan Indra di tempat terpisah membenarkan hal tersebut. Menurutnya, sebelum berangkat ke India, mahasiswa baru harus benar-benar mempunyai informasi memadai tentang kampus tujuan pendidikan dan lingkungan masyarakat tempat mereka belajar. Oleh karena itu, ia menyarankan agar calon mahasiswa yang ingin kuliah di India secara aktif mencari informasi melalui internet atau berkomunikasi dengan mahasiswa yang sudah terlebih dahulu ada di India.

Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa PPI India pun sudah menyediakan media untuk membantu calon mahasiswa baru India. ”Sekarang komunikasi lebih mudah karena PPI mempunyai blog di www.ppiindia.wordpress.com dan akun Facebook Chat Group PPI India yang secara intens menjadi tempat diskusi seputar pendidikan India” jelasnya.

Mengenal Suasana Kampus India

Kampus memang bukan segalanya bagi kesuksesan masa depan seorang mahasiswa. Akan tetapi, lingkungan yang mempunyai suasana akademik yang kental  tentu akan sangat mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa. Di India, secara akademik, hampir semua kampus tidak diragukan lagi kualitasnya. Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian penting bagi calon mahasiswa yang ingin datang ke India, antaralain:

Pertama, berkaitan dengan mahasiswa asli India. Dalam hal ini, semangat mereka  yang tinggi untuk belajar akan berpengaruh besar terhadap motivasi mahasiswa asing. Setiap hari mereka hanya membaca. Namun hal itu juga berdampak terhadap sikap keseharian sebagian besar diantara mereka. Mahasiswa India misalnya terkesan egois, karena mereka lebih sibuk dengan urusannya masing-masing.

Selain itu, mahasiswa India juga terkesan sangat serius. Jika berbicara mereka sangat teoritis. Menurut Saykhun Amirov, mahasiswa India kurang mempunyai rasa humoris. ”Ketika kita mencoba bergurau melalui cerita, justru yang muncul adalah pertanyaan kritis dari mereka yang membuat cerita tadi menjadi tidak lucu lagi” kenangnya.

Selain itu, tingkat kompetisi antara sesama mahasiswa cukup ketat. Sehingga jika tidak benar-benar dekat dengan mereka, seringkali mahasiswa asing kesulitan mendapatkan bahan yang lengkap untuk persiapan ujian. Menghadapi kondisi tersebut, Vina Ajinata, alumni India asal Surabaya, berbagi tips agar mahasiswa Indonesia menjaga hubungan baik dengan mahasiswa lain, terutama mereka yang berasal dari North East yang relatif mempunyai kesamaan budaya dengan Indonesia. ”Ini memang tidak keseluruhan, tapi jika mau dapat bahan kuliah dan catatan yang lengkap, cobalah untuk menjaga hubungan yang baik dengan mahasiswa India tersebut”, sarannya.

Adapun berkaitan dengan organisasi mahasiswa, sebenarnya ada banyak hal yang bisa dilakukan. Fasilitas berbagai kegiatan untuk kampus pun tersedia, misalnya kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan hobi masing-masing mahasiswa seperti olahraga, kesenian dan kepenulisan. Akan tetapi memang suasananya tidak seaktif organisasi mahasiswa di Indonesia. Hanya saja bagi mahasiswa yang ingin terlibat aktif dalam berbagai kegiatan organisasi, mereka bisa bergabung dengan PPI India.

Kedua, berkaitan dengan dosen. Sebagimana dibahas dalam edisi sebelumnya, semua dosen di India minimal berpendidikan doktor dan dengan mudah dapat ditemui mahasiswa. Penampilan mereka pun sangat sederhana. Hanya saja, hal yang terkadang dilupakan oleh mahasiswa asing adalah kurangnya upaya untuk secara intens berhubungan dengan mereka di luar kelas. Padahal sangat sering dosen-dosen di India berdiskusi dengan mahasiswa di kantin sambil minum teh bersama.

Jika hubungan tersebut dijaga dengan baik, akan sangat banyak manfaat yang didapatkan. Paling tidak, mahasiswa akan mendapatkan banyak ilmu karena kualitas para dosen tadi yang mumpuni. Bahkan tidak jarang mereka akan mengajak mahasiswa untuk mendampingi mereka mengikuti beberapa seminar. Dan tentu saja akan lebih mudah untuk meminta mereka agar bersedia menjadi pembimbing, jika mau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, terutama doktor.

Ketiga, berkaitan dengan sistem dan fasilitas kampus. Terkait dengan kalender akademik, sebagian besar kampus India sekarang sudah mulai menerapkan sistem semester. Jika dalam satu semester mengambil empat mata kuliah misalnya, maka setiap hari dari senin sampai kamis atau bahkan sabtu, mahasiswa akan belajar keempat mata kuliah tersebut. Artinya, pertemuan untuk satu mata kuliah setiap satu bulan bisa mencapai 20 kali pertemuan atau 80 pertemuan untuk 4 mata kuliah.

Hal ini berbeda dengan sistem di kebanyakan kampus Indonesia yang mengadakan pertemuan sebanyak satu kali perminggu atau empat kali perbulan untuk satu mata kuliah. Akan tetapi di India setiap mata kuliah hanya dialokasikan waktu sekitar 45 menit saja perhari, berbeda dengan di Indonesia yang bisa mencapai 2 jam.

Adapun dari segi fasilitas, kampus-kampus India memang terkesan dengan penampilannya yang sederhana dan bangunannya yang kusam. Akan tetapi untuk keperluan akademik seperti perpustakaan, ketersediaan buku-buku termasuk buku-buku kuno yang sulit ditemukan dipasar sangat mencukupi.

Di jamia Millia Islamia misalnya, perpustakaan Zakir Husein mempunyai koleksi lebih dari 300.000 buku, 440 jurnal cetak dan lebih dari 6.000 jurnal yang diakses lewat internet. Bahkan perpustakaan ini juga merupakan institutional member dari British Council Library, American Information, Centre, Inflibnet dan Delnet [1]. Sayangnya, menurut pengamatan Sukriya, belum cukup banyak mahasiswa asing yang mampu menyaingi semangat mahasiswa asli India dalam memanfaatkan fasilitas ini.

Selain itu, hal di kampus yang sangat mendukung pengembangan ilmu pengetahuan adalah banyaknya kegiatan seminar baik nasional maupun internasional yang diadakan di berbagai kampus di India. Hampir dipastikan setiap minggunya kita akan melihat pengumuman seminar di setiap kampus. ”Jika mau diikuti semua, kita akan kewalahan,” ujar Nanang Nurcholis, alumni India asal Semarang.

Mengenal Kondisi Lingkungan dan Masyarakat

Jika di kampus, suasana akademis sangat terasa, di luar kampus mahasiswa asing yang ingin kuliah ke India harus menyiapkan mental yang kuat berkaitan dengan lingkungan dan beberapa karakter masyarakat India. Kondisi tersebut bisa digambarkan sebagai berikut:

Pertama, berkenaan dengan cuacanya dan kebersihan lingkungan. Dalam hal cuaca, India cukup ekstrim. Pada musim panas yang dimulai bulan Mei sampai Agustus, suhu udara bisa mencari 47 derajat celcius, sementara pada musim dingin atau sekitar bulan Desember sampai Maret, suhu bisa turun sampai 3 derajat celcius. Masa yang cukup nyaman sebagaimana cuaca di Indonesia hanya beberapa bulan pada saat pergantian musim saja.

Terkait dengan masalah lingkungan, India terkenal kotor. Kamar mandi umum kurang nyaman digunakan. Bahkan di beberapa tempat umum, bau tak sedap terasa menyengat karena kebiasaan dari sebagian masyarakat kalangan bawah untuk buang air kecil tidak pada tempatnya. Pada saat hujan, air seringkali menggenang di jalan-jalan karena keterbatasan fasilitas saluran selokan. Apalagi di daerah perkampungan padat.

Selain itu juga ketika makan, pada beberapa musim tertentu kita akan menemukan cukup banyak lalat beterbangan. ”Awalnya saya merasa kurang sreg dan tidak bisa makan di tempat seperti itu, akan tetapi pada akhirnya menjadi biasa”, komentar Ahmad Buchari Husain, mahasiswa B.A Political Science, Agra University.

Kedua, sebagian masyarakat India terkesan keras. Keras ini maksudnya ketika  berucap mereka bersuara tinggi. Mereka seringkali seakan sedang berkelahi, tetapi tidak lama setelah itu tertawa satu sama lain. Dan memang kenyataannya orang India suka berdebat, termasuk dalam hal-hal sepele. Hanya saja perdebatan tersebut tidak akan sampai kepada kekerasan fisik karena mereka sangat menjunjung konsep non violence yang diajarkan Mahatma Gandhi.

Oleh karena itu, pada awal datang ke India, kemungkinan akan banyak hal yang membuat mahasiswa asing terkejut.  Satu contoh misalnya klakson mobil dan motor yang bersahutan dimana-mana. Bahkan tidak sedikit yang menulis di belakang mobil mereka, horn please!. Sesuatu yang tidak mungkin ditemukan di Indonesia.

Ketiga, orang India kurang menepati waktu dan menepati janji. Karenanya, sangat sering kita akan menemukan ucapan, ”wait a minute”, padahal maksudnya tunggu 5 menit atau bahkan lebih. Kalau mereka sudah mengatakan tunggu 5 menit, maka itu artinya bisa jadi tunggu satu jam lagi. Apalagi jika mengatakan ”come tommorrow”, maka jangan pernah berharap bahwa besoknya urusan tersebut akan benar-benar selesai.

Meskipun demikian, beberapa hal yang disampaikan di atas tidak seharusnya membuat semangat mahasiwa Indonesia yang ingin kuliah ke India menjadi kendor. Informasi ini merupakan bekal akan para mahasiswa baru lebih siap secara mental. Banyak orang mengatakan, ”Jika anda sudah bisa survive di India, maka akan jauh lebih mudah untuk survive di berbagai belahan dunia lainnya”.(red)

——————

1. http://old.jmi.ac.in/2000/jauhar_issue1_2010.pdf

 

Gonda Yumitro

Gonda Yumitro

Meraih Sarjana Ilmu Politik (S.IP) dari Ilmu Hubungan Internasional UGM, M.A Political Science, Jamia Millia Islamia, dan M.A International Relations, Annamalai University, India. Menyelesaikan jenjang PhD Political Science dari International Islamic University Malaysia. Belajar agama dari beberapa ustadz ketika sedang studi di Yogyakarta, Malang dan India. Bekerja sebagai Professor di Prodi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang.

Leave a Response