Berpikir Besar

Berfikir besar sangat diperlukan. Bukan dalam batasan yang tidak mungkin dilakukan, tetapi minimal berbagai dengan setiap apa yang telah mengikat emosi.

Islam, orang tua, bahkan daerah tempat dilahirkan sekali pun dalam ukuran sesuai kemampuan. Pikiran dengan fokus yang terbangun tidak terlalu banyak yang terbuang.

Mereka yang berfikir besar akan merasakan kemanfaatan kerja otak mereka. Jiwa juga bergerak. Emosi yang stabil dan pemikiran yang komprehensif dengan analisa rasional dan ilmiah.

Tidak dengan bahasa negative, apalagi memojokkan. Tenang, mudah dipahami dan menyentuh jiwa. Terpancar keikhlasan.

Hanya ego yang menolak. Tetapi yakinlah, dalam kesendirian kemurnian dan kejujuran akan tetap menang. Jiwa selalu merindukan.

Sayang memang manusia yang menutup potensi diri. Mereka tenggelam dalam ketidakpastian dan ketakutan. Kehidupan terasa semakin menekan. Tiada tempat berlari.

Kesulitan demi kesulitan menghinggapi. Bahkan dengan berani sebelum mencoba telah memvonis ketidakmampuan diri. Lemah. Merasa idealisme hanyalah sampah.

Dalam keadaan seperti ini, siapa pun yang merasakan kesempitan dan kesepian dalam jiwanya harus berjuang keras. Melepas semua genggaman dan ketidakpastian.

Kehidupan ini tidak lebih dari gurauan, tetapi kepastian dari kehidupan adalah kemestian. Tidak mungkin semua berlalu tanpa makna. Maka bertanyalah pada jiwa tentang apa yang engkau rasa.

Manusia memang kadang terlalu lemah. Mereka membayangkan keinginan indah dalam kondisi yang diidamkan. Jika tidak kunjung datang kekecewaan. Berdalih dengan idealisme.

Tetapi merupakan kelemahan dengan tidak mencoba. Manusia kehilangan arah dan sering menyalahkan takdir. Nasib dalam catatan.

Tetapi siapa yang pernah mengira bahwa terlalu banyak sejarah mencatat perjalanan manusia. Tidak jaminan awal menggambarkan akhir. Kehidupan tidak selalu lurus.

Banyak kejadian ketika nasib berputar seperti roda. Kemiskinan berganti kekayaan, harta yang melimpah menjadi kemelaratan, yang bodoh berubah cerdas, sebaliknya. Demikian seterusnya. Keimanan dan pemahaman manusia terhadap hidup yang dijalaninya dicoba.

Dan banyak ahli mengatakan bahwa pikiran ternyata berperan besar. Keberhasilan lebih didorong oleh keyakinan dengan cara pikir positip.

Pertanyaan – pertanyaan kritis bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan sama. Usaha keras menjadi kewajiban. Persoalan bagaimana nanti adalah ketenangan jiwa untuk menerima.

Yang harus juga dapat dipahami adalah bahwa pikiran besar tidak selamanya mulus. Banyak orang yang menentang.

Wajar. Justru menjadi kesempatan mendewasakan diri agar lebih paham dan dewasa dalam menyikapi persoalan. Berfikir pun secara komprehensif.

Sungguh, kehidupan dalam idealisme yang besar akan menjadikan diri sebagai orang yang sepi. Tidak banyak yang menyukai kebenaran.

Mereka sadar, tetapi tuntutan nafsu, kecurigaan dan lainnya menutup segala kreatifitas. Pribadi kritis seringkali menjadi rintangan yang harus disingkirkan.

Tetapi sebenarnya sungguh, bagi siapa saja yang melakukan semua ikhlas semata karena Allah. Tidak ada keinginan untuk kepentingan pribadi dalam berbagai hal, jabatan, harta, wanita dalam berbagai bentuknya, maka keindahan tetap terasa. Derita yang penuh keindahan.

Orang – orang yang sedang mengalami kesunyian seperti ini tidak pernah boleh melepaskan diri dari lingkungan orang – orang sholeh dan alim. Jika tidak lingkungan yang berat tersebut memungkinkan diri terjerumus dan bergeser dari prinsip.

Kehidupan yang tidak mendasarkan kepada harapan untuk mendapatkan keridhoan Allah akan merasakan kerugian. Manusia kebanyakan akan menyesatkan. Harapan dan tumpuan kepada mereka adalah sesuatu yang sangat lemah.

Semoga Allah mengampuni segala dosa hamba, senantiasa memberikan petunjuk kepada hamba untuk selalu berada di jalan yang benar. Sangat ingin diri agar kerahmatan Islam menjadi warna seluruh kehidupan di semesta ini.

Yogjakarta, 24 September 2005

Leave a Response