Hilangnya Keberkahan Waktu

Sekarang ini kita hidup di zaman teknologi yang canggih. Berbagai fasilitas yang selama ini tidak dimiliki oleh generasi sebelum kita sudah bisa dinikmati dengan mudah. Jarak yang jauh pun bukan lagi menjadi kendala. Orang menyebutnya bahwa kita hidup di zaman modern dan globalisasi.

Namun nyatanya kemajuan tersebut tidak membuat kondisi ke-Islaman sebagian besar dari kita menjadi lebih baik. Buktinya meskipun ratusan ribu atau bahkan jutaan kitab dari para ulama terdahulu dengan mudah bisa kita dapatkan, nyatanya komitmen dan kemampuan kita untuk mempelajarinya tidak lebih baik dari para ulama terdahulu.

Padahal mereka memerlukan perjuangan yang luar biasa. Untuk mendapatkan satu hadits saja terkadang mereka harus melakukan perjalanan lebih dari sebulan ke negara lain. Sesuatu yang hampir mustahil dilakukan oleh orang dizaman sekarang.

Justru kita merasakan bahwa waktu yang kita miliki berjalan begitu cepat, tanpa mendapatkan apa yang selama ini kita inginkan. Boleh jadi beberapa tahun yang lalu kita punya keinginan untuk menghafal alquran, tapi lihat setelah beberapa tahun apa yang sudah kita dapatkan? Begitu juga dengan upaya untuk perbaiki diri pada beberapa aspek lainnya.

Terkadang nyaris belum ada perbaiki berarti dalam kehidupan kita, utamanya dalam perkara pemahaman terhadap agama ini dan ketaatan kita kepada Allah ta’ala. Padahal di sisi lain umur kita terus bertambah dan fisik kita semakin melemah.

Maka kiranya, perlu bagi kita untuk merenungkan hadits Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam berkaitan dengan hilangnya keberkahan waktu. Bahkan beliau shollallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan hal ini sebagai salah satu tanda akan datangnya akhir zaman. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَقَارَبَ الزَّمَانُ فَتَكُونُ السَّنَةُ كَالشَّهْرِ وَالشَّهْرُ كَالْجُمُعَةِ وَتَكُونُ الْجُمُعَةُ كَالْيَوْمِ وَيَكُونُ الْيَوْمُ كَالسَّاعَةِ وَتَكُونُ السَّاعَةُ كَالضَّرَمَةِ بِالنَّارِ

Tidak adakan ditegakkan hari kiamat sampai waktu didekatkan sehingga setahun terasa sebulan, sebulan terasa satu jumat, satu jumat terasa sehari, satu hari serasa sejam, sejam seperti satu kilatan api (HR. Tarmidzi)

Maknanya adalah bahwa ketika waktu berjalan ternyata hanya sedikit amalan yang bisa dilakukan karena sudah mulai dicabut keberkahan yang ada padanya.

Ibnu Hadjar rahimahulullah beliau mengatakan,

وقَدْ وُجِدَ فِي زَمَاننَا هَذَا فَإِنَّا نَجِد مِنْ سُرْعَة مَرَّ الْأَيَّام مَا لَمْ نَكُنْ نَجِدهُ فِي الْعَصْر الَّذِي قَبْلَ عَصْرنَا هَذَا

Sungguh telah kita temukan pada zaman kita sekarang dimana kita menemukan waktu begitu cepatnya berjalan dalam sehari yang tidak ditemukan pada waktu (ashar) dari masa (ashar) sebelum kita.

Jika saja pada masa Ibnu Hajar yang hidup pada abad ke sembilan keadaanya seperti itu, maka bagaimana dengan kita yang hidup pada abad ke lima belas ini. Tentu sebenarnya waktu berjalan lebih cepat lagi.

Imam Annawawi mengatakan,

فيَصِير الِانْتِفَاع بالْيَوْمِ مثلاً بِقَدْرِ الِانْتِفَاع بِالسَّاعَةِ الْوَاحِدَة

Sudah semakin singkatnya keberadaan waktu sehari seperti keadaan waktu satu jam saja.

Mengapa hal ini bisa terjadi sehingga keberkahan pada zaman ini sudah mulai diangkat?

Para ulama mengatakan bahwa hal ini disebabkan sudah mulai lemahnya keimanan di tengah masyarakat, dan sudah mulai dengan terang-terangan banyak orang yang menyelisihi syariat. Secara terang-terangan mereka melakukan kemaksiatan.

Begitu sulit bagi manusia yang hidup di zaman sekarang untuk hidup sesuai dengan tuntunan Islam. Banyak orang yang sudah terbiasa memakan makanan yang haram tanpa memperhatian apa yang ia makan dan bagaimana cara mendapatkan harta yang dimilikinya. Demikian juga dengan berbagai maksiat yang lain melalui mata, telinga, lisan dan anggota tubuh mereka lainnya.

Padahal keberkahan dalam rizki, tumbuhan dan semua aspek dalam kehidupan ini hanya akan muncul melalui kuatnya iman. Ketika seorang hamba mengikuti apa yang Allah ta’ala perintahkan dan menjauhkan diri dari semua larangan-Nya.

Hal ini sesuai dengan firman Allah ta’ala,

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ

Jika penduduk suatu negeri beriman dan bertaqwa, maka akan Kami bukan untuk mereka keberkahan dari langit dan bumi (Q.S. Al A’raf: 96)

Oleh karena itu kita memohon kepada Allah ta’ala supaya kita bisa memperbaiki diri untuk semakin dekat kepada Allah ta’ala, sehingga keberkahan waktu pun akan kita rasakan. Aamin.

Lombok, Akhukum Fillah

Gonda Yumitro

Gonda Yumitro

Gonda Yumitro

Meraih Sarjana Ilmu Politik (S.IP) dari Ilmu Hubungan Internasional UGM, M.A Political Science, Jamia Millia Islamia, dan M.A International Relations, Annamalai University, India. Menyelesaikan jenjang PhD Political Science dari International Islamic University Malaysia. Belajar agama dari beberapa ustadz ketika sedang studi di Yogyakarta, Malang dan India. Bekerja sebagai Professor di Prodi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang.

Leave a Response