Kelemahan Manusia

Alangkah lemah manusia yang tidak dengan baik memikirkan kehidupannya di hari kemudian. Ia menghabiskan hidup hanya untuk kesenangan semu yang justru membuat dirinya makin tertekan. Padahal sebenarnaya sudah sangat jelas tentang mana yang benar dan salah. Hanya diri terlalu lemah menghadapi nafsu.

Dengan perenungan mendalam sebenarnya sangat sederhana tantangan manusia. Persis dalam sabda Rasulullah SAW bahwa harta, tahta dan wanita. Muara semuanya ada pada perut. Maka bertanyalah pada setiap diri. Siapa saja yang membiarkan perutnya penuh dan jarang berpuasa, sungguh dalam beberapa hal lain pun ia tidak akan kuat. Kiranya ketika jabatan dan berbagai godaan lain datang idealisme akan hancur. Maka tekad dan karakter seharusnya sudah harus dibangun sejak dini. Tidak cukup hanya sebatas idealisme. Karena semua orang pada dasarnya mengerti dan menginginkan hal yang ideal.

Demikialah kehidupan manusia. Tidak banyak orang yang berani mengambil resiko untuk menetapkan diri bertahan dalam kebenaran seberat apapun rintangan yang dihadapinya. Para aktivis sekali pun. Teriakan mereka hanya suara kosong pada suatu saat. Tidak murni karena percuma bagi siapa saja yang berteriak kebenaran, keadilan dan berbagai tuntutan lainnya tetapi ia tidak kuat mengalahkan diri sendiri yang cendrung kepada kemaksiatan.

Tidak dapat dengan baik dipahami apa yang sebenarnya menjadi pikiran manusia. Mereka yang sebenarnya mendapatkan kebahagiaan luar biasa. Hati yang lapang dan tenang dengan tetap berada dalam kebenaran. Tetapi tidak banyak yang menginginkan. Karena memang secara fisik dan penampakan pada kebanyakan manusia yang belum bergerak dengan keikhlasan, manisnya iman belum dapat dirasakan.

Maka dalam keadaan apapun, ingatlah bahwa tidak ada yang ringan, tetapi tidak ada pula yang berat dalam hidup. Perjalanan yang merupakan ujian tentang kebenaran keimanan. Hati yang lapang. Bagi mereka yang memiliki, seberat apapun kesenangan tidak bisa dilepaskan dalam hidupnya. Kepastian ini seharusnya menjadi motivasi setiap orang. Tetapi tidak semestinya dipahami dalam artian yang sempit. Islam merupakan agama yang sempurna dan melingkupi segenap kehidupan manusia.

Adapun biasanya manusia, mereka lalai ketika mencapai titik puncak kebosanan dalam hidupnya. Tidak sedikit yang mengalami bahkan hampir semua orang. Dalam hal ini pula akan berbeda cara bersikap orang yang berilmu dan benar keimanannya. Rutinitas atau bisa karena lingkungan yang ia sulit melepaskan diri dari kejahilan mereka.

Maka mereka yang masih punya nurani hendaknya memilih. Hidup di dunia hanya sebentar saja kemudian berlalu dan hidup yang kekal di akhirat menanti. Mereka yang ingin bahagia, hendaknya melepaskan diri dari kelemahan dan kelalaian dirinya.

Hal ini seiring dengan ayat Allah yang menggambarkan bahwa manusia yang sesat, maka mereka seperti binatang, bahkan lebih sesat lagi. Atau dalam perumpamaan lain seperti anjing.

Ustadz Fathurrahman Kamal Lc,M.SI, pernah menceritakan tafsir manusia sesat yang seperti anjing ini. Ketika ada satu kilogram emas, dan satu kilogram tulang, tentu anjing akan merebut tulang. Padahal jika anjing tadi berpikir panjang, akan lebih baik baginya untuk mengejar emas kemudian bisa membeli tulang sebanyak yang ia mau. Selain bodoh, ternyata anjing tadi juga tamak. Ketika berjalan dan melewati sungai, ia melihat anjing lain yang juga membawa tulang, meskipun sebenarnya adalah banyangannya sendiri. Ia melompat merebut tulang tadi. Pada akhirnya tulang yang digigit jatuh dan ia tenggelam karena tidak pandai berenang. Begitulah gambaran manusia yang menuhankan hawa nafsunya. Mereka yang ingin meraih sorga, harus siap menghadapi kesulitan apapun selama tetap dalam kebenaran. (diselesaikan di Malang, 2 Juni 2009)

3 Comments

  1. like this :thumb up:

    apa kabar pak? semoga baik-baik saja..
    sudah ada pak gonda junior belum..
    barokallahufiik.. 🙂
    salam

Leave a Response