Menjaga Silaturahmi

Karena berbagai kesibukan duniawi terkadang kita sudah mulai lupa untuk menjaga silaturahmi dengan dengan mereka yang sebenarnya masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan kita. Jangankan berkunjung, terkadang untuk sekedar menelpon dan menanyakan kabar pun kita tidak sempat.

Padahal, Allah ta’ala amat membenci mereka yang memutuskan silaturahmi. Karena berbagai alasan mereka tidak lagi menjaga hubungan dengan para kerabatnya. Terhadap mereka, Allah menerangkan masalah silaturahmi ini bersamaan dengan ayat tentang berbuat kerusakan di muka bumi.

Allah ta’ala berfirman,

فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ

Apakah jika sudah berkuasa kemudian kalian ingin berbuat kerusakan di muka bumi dan memutus silaturahmi. Mereka itu adalah orang-orang yang dilaknat oleh Allah, dituliskan, dan dibutakan pandangan mereka (Q.S. Muhammad: 22-23)

Dari ayat di atas terlihat jelas bahwa terkadang orang mulai memutus silaturahmi karena ia merasa sudah hebat, sudah berkuasa, sudah kaya, dan sejenisnya. Menghabiskan waktu dengan berbagai urusan dunia tadi sampai melupakan upaya untuk menyambung silaturahmi sebenarnya termasuk dari kesombongan dan tentu sulit baginya untuk mendapatkan sorga.

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لن يدخل الجنة قاطع رحم

Tidak akan masuk ke dalam sorga orang yang memutus silaturahmi. (HR Bukhari)

Apalagi dalam hadits yang lain, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam menggambarkan bahwa menyambung silaturahmi merupakan salah satu tanda dari keimanan seorang hamba. Beliau shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليصل رحمه

Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya ia menyambung silaturahmi (HR. Bukhari)

Karena posisi silaturahmi berkaitan dengan keimanan, maka di dalamnya terdapat rahmat Allah. Demikian sebaliknya, bagi mereka yang tidak menyambung silaturahmi, maka rahmat Allah dan para malaikat pun tidak akan diturunkan.

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إن الملائكة لا تنزل على قوم فيهم قاطع رحم

Sesungguhnya malaikat tidak akan turun kepada suatu kaum yang didalamnya ada yang memutuskan silaturahmi (HR. Tabrani)

Suatu perkara yang besar, dimana karena adanya orang yang telah memutus silaturahmi dengan bibinya, pernah suatu hari Abu Hurairah meminta orang tersebut untuk keluar dari majelisnya, karena ia takut jika rahmat dan para malaikat tidak turun dalam majelisnya.

Bahkan perkara silaturahmi ini pun juga berkaitan dengan urusan arsy yang Allah pun akan memudahkan bagi mereka yang ingin menyambungnya, dan Allah pun memutuskan hubungan dengannya jika ia memutus silaturahmi tadi.

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

الرحم معلقة بالعرش، تقول: من وصلني وصله الله، ومن قطعني قطعه الله

Arrahim (kekerabatan) itu tergantung di Arsy, dia berkata, siapa yang menyambungku maka Allah akan menyambungnya, dan siapa yang memutuskanku, maka siapa yang memutuskanku maka Allah pun akan memutuskannya (HR Bukhari)

Adapun bagi mereka yang bisa menyambung kekerabatan ini, maka insyaAllah Allah pun akan menambahkan baginya rezeki dan memperpanjang umurnya. Hal ini sebagaimana hadits Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam

من أحب أن يبسط له في رزقه وأن ينسأ في أثره فليصل رحمه

Siapa yang menyukai untuk ditambah rezekinya dan diperpanjang umurnya, maka sambunglah silaturahmi (HR Bukhari)

Para ulama mendefinisikan makna dari rezeki dan umur yang ditambah ini bisa berarti dua, yaitu ditambah secara hakiki, atau bisa berarti diberikan keberkahan oleh Allah ta’ala dari rezeki dan umurnya.

Oleh karena itu, kita berdoa kepada Allah ta’ala semoga kita dikuatkan dan dimudahkan untuk senantiasa menyambung tali kekerabatan dengan saudara-saudara kita, terutama mereka yang selama ini sudah lama tidak berhubungan dengan kita. Aamin.

 

Malang, 7 Februari 2015

Akhukum fillah, Gonda Yumitro

Gonda Yumitro

Gonda Yumitro

Meraih Sarjana Ilmu Politik (S.IP) dari Ilmu Hubungan Internasional UGM, M.A Political Science, Jamia Millia Islamia, dan M.A International Relations, Annamalai University, India. Menyelesaikan jenjang PhD Political Science dari International Islamic University Malaysia. Belajar agama dari beberapa ustadz ketika sedang studi di Yogyakarta, Malang dan India. Bekerja sebagai Professor di Prodi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang.

Leave a Response