Nasehat Kematian

Dalam satu bulan ini kita mendapatkan beberapa kabar musibah yang beruntun. Belum lama mendengar berita bencana longsor di Banjarnegara, kita sudah mendapatkan berita banjir di Bandung. Yang terkini adalah berita jatuhnya pesawat Air Asia di selat Karimata.

Sungguh berita-berita tersebut mempengaruhi jiwa kita. Bisa dirasakan bagaimana kesedihan anggota keluarga yang ditinggalkan oleh orang-orang yang mereka cintai. Apalagi mereka tidak pernah mengira sebelumnya jika kejadian ini akan berlangsung sedemikian cepatnya.

Namun bagi seorang muslim, ia tidak boleh berlarut dalam duka. Ia menyadari bahwa sebenarnya semuanya sudah merupakan catatan takdir dari Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman,

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الأَرْضِ وَلا فِي أَنفُسِكُمْ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ لِكَيْلا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

Tidaklah satu musibahpun yang ada di muka bumi ini dan tidak pula dalam diri kalian kecuali telah dicatat di kitab (lauhul mahfuz) sebelum kejadiannya. Yang demikian itu bagi Allah mudah. Agar kalian tidak bersedih dari apa yang luput padamu dan tidak terlalu bergembira dari apa yang kalian dapatkan. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. (Q.S. Al Hadid: 22-23)

Syaikh Asa’di menafsirkan ayat ini dengan mengatakan bahwa takdir tersebut berlaku untuk semua makhluk baik takdir yang baik maupun buruk. Semuanya sudah dicatat di lauhul mahfuz baik perkara yang besar maupun kecil. Dan ini merupakan perkara yang tidak bisa diotak-atik oleh akal manusia kecuali dengan keimanan.

Adapun kematian merupakan salah satu bagian dari takdir Allah tadi. Dari Abdullah ibnu Mas’ud radiyallahu ‘anhu, Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasalam bersabda,

إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمَاً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ،ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ،ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ المَلَكُ فَيَنفُخُ فِيْهِ الرٌّوْحَ،وَيَؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ

Ketika kalian berada di dalam perut ibumu empat puluh hari menjadi nutfah, kemudian menjadi aloqoh selama empat puluh hari juga, kemudian menjadi mudghah setelah empat puluh hari lagi. Setelah itu dikirimkan kepadanya malaikat yang meniupkan ruh, dan menuliskan empat takdir, tentang rezekinya, ajalnya, amalnya, dan apakah dia sengsara atau bahagia. (H.R Bukhari Muslim)

Maka dari sini kelihat bahwa ketika sudah tiba takdir kematian, maka tidak ada seorang pun yang bisa mengelak. Allah ta’ala berfirman,

وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْساً إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا

Dan tidak lah Allah mengakhirkan suatu jiwa ketika sudah datang ajalnya. (Q.S. Al Munafikun: 11)

Dalam surat yang lain Allah ta’ala berfirman,

إِذَا جَاء أَجَلُهُمْ لاَ يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَ يَسْتَقْدِمُونَ

Jika telah datang ajal mereka, maka tidak ada yang bisa mengakhirkan sesaat saja, dan tidak pula ada yang bisa mencepatkannya. (Q.S. Al A’raf: 34)

Maksudnya bahwa sudah ada perjanjian tentang ajal ini di sisi Allah, tetapi makhluk tidak mengetahuinya, kapan ajalnya akan di datangkan oleh Allah ta’ala. Ketika jatah rezekinya selama hidup di dunia ini habis, maka datanglah kematian tadi.

Rasulullah sholallahu’alaihi wasalam bersabda,

إِنَّهُ لَنْ تَمُوتَ نَفْسٌ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقَهَا

Sesungguhnya Allah tidak akan mewafatkan satu jiwa sampai disempurnakan rezekinya (HR. Bukhari Muslim)

Kita semua yang masih hidup juga lambat atau cepat akan segera mengalami kematian,

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Setiap jiwa akan merasakan kematian, dan kamilah yang akan mencukupkan balasan amal kalian pada hari kiamat. Barang siapa yang terhindar dari api neraka dan dimasukkan ke dalam sorga maka sungguh dia telah beruntung. Tidaklah dunia ini kecuali hanya kehidupan yang menipu. (Q.S: Al Imran: 185)

Ibnu Katsir mengatakan, hal ini senada dengan ayat Allah ta’ala,

ويبقى وجه ربك ذو الجلال والإكرام كل من عليها فان

Setiap apa yang ada padanya (bumi) ini akan musnah, dan akan kekal wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan (Q.S Arrahman: 26-27)

Dalam Alquran dikisahkan bagaimana Allah ta’ala membantah ucapan orang-orang munafik yang menganggap bahwa mereka tidak akan terbunuh dan mengingkari takdirnya. Allah ta’ala berfirman,

يقولون لو كان لنا من الأمر شيء ما قتلنا هاهنا قل لو كنتم في بيوتكم لبرز الذين كتب عليهم القتل إلى مضاجعهم

Dan mereka mengatakan kalau kita bisa melakukan sesuatu maka tidak akan terbunuh di sini, maka katakanlah jika pun kalian ada di rumah-rumah kalian maka Allah akan mengeluarkan orang-orang yang sudah ditakdirkan terbunuh dari rumah-rumah mereka (Q.S. Ali Imran:154)

Oleh karena itu, berbagai kejadian kematian yang ada di sekitar kita hendaknya menjadi pelajaran bagi yang masih hidup. Selain bersabar atas musibah yang dialami, seorang muslim justru mengambil hikmah untuk mempersiapkan kematiannya dengan sebaik-baik amal.

Rasulullah sholalahu ‘alaihi wasalam bersabda, bahwa pernah datang malaikat Jibril kemudian berkata,

يامحمد عش ماشئت فإنك ميت واعمل ماشئت فإنك مجزى به وأحبب من شئت فإنك مفارقه وأعلم أن شرف المؤمن صلاته بالليل وعزه استغناؤه عن الناس

Wahai Muhammad, hiduplah sesukamu maka pasti engkau akan mati, beramallah semaumu maka pasti engkau akan dibalas, dan cintailah siapa yang engkau cintai maka pasti engkau akan dipisahkan dengannya. Maka ketahuilah bahwa kemuliaan seorang mukmin ada pada sholat malamnya dan keperkasaannya adalah ketika tidak menggantungkan diri pada manusia. (HR Tobrani)

Sungguh ajal tidak pernah melihat usia, betapa banyak para bayi dan anak muda yang sudah mendahului kita. Oleh karena itu, kita berdoa kepada Allah ta’ala semoga kita semua bisa mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa kematian di sekitar kita, dan bersegera mempersiapkan amal sebelum hilang waktu beramal kecuali hanya penghisaban.

Malang, 31 Desember 2014
Akhukum Fillah, Gonda Yumitro

Gonda Yumitro

Gonda Yumitro

Meraih Sarjana Ilmu Politik (S.IP) dari Ilmu Hubungan Internasional UGM, M.A Political Science, Jamia Millia Islamia, dan M.A International Relations, Annamalai University, India. Menyelesaikan jenjang PhD Political Science dari International Islamic University Malaysia. Belajar agama dari beberapa ustadz ketika sedang studi di Yogyakarta, Malang dan India. Bekerja sebagai Professor di Prodi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang.

Leave a Response