Pentingnya Tawadhu’ Dalam Pergaulan

Sudah merupakan fitrah manusia untuk membenci segala macam bentuk kesombongan. Tidaklah seseorang pun sombong dalam hidupnya kecuali ia akan dibenci oleh Allah dan juga makhluk. Allah ta’ala mengingatkan kita dengan firman-Nya,

وَلَا تصعر خدك للنَّاس وَلَا تمش فِي الأَرْض مرحا إِن الله لَا يحب كل مختال فخور

Dan janganlah palingkan pundak kalian pada manusia dan janganlah berjalan di muka bumi dalam keadaan sombong. Sesungguhnya Allah tidak mencintai setiap kesombongan dan berbangga diri (Q.S. Lukman:18).

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk bersikap tawadhu’ dalam hidup. Secara fitrah manusia akan menyukai mereka yang bersikap tawadhu’, meskipun ia mempunyai berbagai kelebihan dibandingkan dengan yang lainnya.

Hal ini sesuai dengan firman Allah ta’ala,

واخفض جناحك للمؤمنين

Dan rendahkanlah pundakmu terhadap orang-orang yang beriman (Q.S. Al Hijr: 88)

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

إِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا؛ حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ

Sesungguhnya Allah ta’ala mewahyukan padaku agar kalian bersikap tawadhu’, sehingga tidak ada yang sombong antara yang satu dengan lainnya (HR. Abu Daud).

Sebagai seorang teladan, beliau shollallahu ‘alaihi wasallam langsung mencontohkan perkara ini dalam kehidupan kesehariannya. Padahal posisi beliau adalah sebagai pemimpin para nabi, hamba yang paling mulia, pemimpin negara, dan berbagai posisi penting lainnya.

Dalam kesehariannya, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam tidaklah bersikap sombong. Bahkan pernah diceritakan ketika utusan dari Romawi datang, maka ia pun sempat kesulitan untuk membedakan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam dengan para sahabat. Hal ini dikarenakan Rasulullah tidaklah menggunakan singgasana emas sebagaimana yang lazim digunakan oleh para raja Romawi dan Persia pada waktu itu.

Demikian juga ketika suatu hari mendatangi Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, Umar bin Khattab sempat menangis ketika menyaksikan bekas pelepah kurma yang terlihat di beberapa bagian tubuh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam. Pelepah kurma tadi memang dijadikan sebagai alas tidur beliau sholallahu ‘alaihi wasallam.

Tentu masih begitu banyak kisah-kisah lagi tentang ketawadhu’an sikap Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam. Yang jelas sebagai pengikut Rasulullah, seharusnya kita berusaha untuk meneladani kehidupan beliau pada berbagai aspek.

Dengan sikap tawadhu’ ini, pasti Allah ta’ala memberikan keutamaan pada kita pada posisi yang lebih tinggi. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam,

من تواضع لله رفعه الله

Siapa yang tawadhu’ karena Allah maka Allah akan meninggikannya (HR.Muslim)

Kita berdoa kepada Allah ta’ala, semoga Allah menghiasi diri kita dengan berbagai akhlak mulia, di antaranya sikap tawadhu’. Aamin.

 

Malang, 2 November 2015

Akhukum Fillah, Gonda Yumitro

Gonda Yumitro

Gonda Yumitro

Meraih Sarjana Ilmu Politik (S.IP) dari Ilmu Hubungan Internasional UGM, M.A Political Science, Jamia Millia Islamia, dan M.A International Relations, Annamalai University, India. Menyelesaikan jenjang PhD Political Science dari International Islamic University Malaysia. Belajar agama dari beberapa ustadz ketika sedang studi di Yogyakarta, Malang dan India. Bekerja sebagai Professor di Prodi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang.

Leave a Response