Menghadapi Kebosanan

Banyak orang kehilangan semangat hidup. Dunia terasa sempit. Apa – apa yang dilakukan membosankan. Tidak ada yang menarik. Wajah hanya bisa merenung dengan muka yang kehilangan keceriaan. Tidur menjadi pilihan. Tetapi tetap saja tidak merasakan ketenangan.

Suatu ketika mungkin saja kita mengalami hal serupa. Ketika rutinitas tidak lagi menarik.

Mereka yang berada dalam keadaan seperti ini seharusnya dapat bersikap bijak. Adalah kenyataan bahwa setiap orang pernah mengalami hal serupa. Perbedaan pada penyikapan. Ada yang dapat dengan cepat mengatasi kebosanan. Tetapi ada juga yang berlarut, bahkan dengan menghancurkan masa depan. Semua kebaikan yang telah dilakukan sebelumnya seakan tidak pernah berarti.

Tentunya seseorang mengharapkan dirinya dapat bersikap positif. Masalahnya tidak mudah dalam keadaan yang mulai kehilangan rasionalitas. Mereka yang dilanda kebosanan lebih merasakan ketidaknyamanan dalam hidup. Sulit untuk berfikir bahwa semua pasti berlalu. Yang penting diri dapat bersabar. Juga memperdalam ilmu dan sosialisasi dengan orang – orang sekitar.

Jika kesadaran tersebut tidak muncul dari dalam pribadi bersangkutan hendaknya lingkungan yang dapat bersikap aktif. Keluarga harus mengerti betul keadaan mereka. Kondisi yang mengingatkan mereka kepada keindahan dalam sejarah hidup dimunculkan.

Ia diharapkan dapat dengan yakin mengakui bahwa hidupnya sangat berarti. Banyak hal yang harus dan dapat dilakukan. Kenyataannya memang tidak semua keluarga cukup tanggap terhadap persoalan salah satu anggotanya. Dan juga tidak semua mereka tinggal bersama keluarganya.

Seorang teman yang saya kenal baik, sudah beberapa hari ini terlihat murung. Sempat ia mengatakan bahwa biasanya ia biasa saja tinggal di rumah. Tetapi akhir – akhir ini muncul kebosanan. Ia memang tidak cukup banyak bersosialisasi dengan masyarakat. Bersyukur pemahaman agamanya cukup baik. Ibadah keseharian masih terjaga.

Telah banyak mereka yang melakukan kesalahan fatal karena kebosanan. Mereka berlari kepada kemaksiatan. Tempat – tempat hiburan menjadi pilihan. Mulanya mereka menyangka bahwa dengan cara itulah ia akan dapat lepas dari masalah.

Nyatanya tidak. Hati semakin hampa bahkan terasa menekan. Dosa tidak pernah membuat lapang. Kegelisahan bertambah. Mereka akhirnya untuk menutupi keadaan diri tenggelam dengan keadaan tersebut. Padahal apa artinya kehidupan yang tidak lagi menemukan maknanya.

Hidup adalah kesempatan emas yang tidak boleh disia – siakan. Hilangnya kesempatan untuk memberikan kemanfaatan kepada orang lain adalah kecelakaan. Waktu yang berlalu tidak akan pernah kembali.

Imam Al Ghozali mengatakan bahwa yang paling jauh adalah waktu yang telah berlalu. Mereka yang kehabisan waktu dalam ketidakpastian, perasaan yang cemas, harapan yang putus dan kebosanan yang menyiksa lebih disebabkan karena lemahnya dorongan dalam jiwa.

Peluang dan perasaan kebosanan akan terjadi pada semua orang. Tetapi keinginan yang kuat untuk merasa bebas adalah kemenangan. Tidak berhak kebosanan menguasai. Ia terus menambah ilmu, mencari hal – hal baru yang bermanfaat, hingga terbukti bahwa kebosanan harus segera dihilangan. Tidak ada kemanfaatan. Dan ia pun menang!!!

Bandung, 7 Juli 2005

Akhukum Fillah, Gonda Yumitro

3 Comments

Leave a Response